Menulis dan Membaca Ciptakan Peradaban Baru

Photo Author
- Senin, 24 Mei 2021 | 18:30 WIB
IMG-20210524-WA0009
IMG-20210524-WA0009

JAKARTA, KRJOGJA.com - Persoalan rendahnya budaya baca yang membawa dampak pada rendahnya literasi masyarakat Indonesia harus dipahami secara komprehensif.

Pemerintah, penerbit, penulis, maupun para pemangku kepentingan diharapkan berperan mengatasi permasalahan di sisi hulu dan hilir agar pembangunan SDM Unggul Indonesia Maju bisa terealisasi secepatnya.

Para penulis diminta mengambil peran dengan menulis buku bergenre ilmu terapan yang sesuai karakteristik geografi dan demografi penduduk Indonesia. Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI turut berkontribusi dalam penyediaan bahan bacaan untuk masyarakat, dengan meluncurkan buku melalui Perpusnas Press.

“Menulis dan literasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Salah satu permasalahan hari ini terkait literasi adalah kesenjangan akses atas bahan bacaan yang tidak merata. Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan bahwa setiap individu berhak untuk mendapatkan akses bacaan minimal tiga buku baru setiap orang setiap tahunnya,” kata Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando saat memberi sambutan pada acara Peluncuran dan Diskusi Buku dengan tema “Menulis, Seni Menuangkan Ide” yang diselenggarakan secara hybrid di Jakarta, Senin (24/5).

Membaca dan menulis diyakini akan menciptakan peradaban baru, karena menulis dan peradaban tidak dapat dipisahkan. Naskah-naskah yang ditulis dalam buku merupakan pemikiran, gagasan, dan pengetahuan para penulis. Menulis juga dapat digunakan sebagai media penyampaian atas keilmuan yang dimiliki atau sekadar berbagi pengalaman yang diharapkan dapat memperbaiki peradaban untuk Indonesia maju.

Sementara itu pustakawan Perpusnas Frial Ramadhan Supratman, mengatakan, tidak diperlukan banyak metode untuk menulis. “Menulis itu mengalir saja tidak perlu terlalu banyak metode meskipun ada standar tertentu. Lebih seperti melakukan tanya jawab kepada diri sendiri,” ujar Frial.

Sementara Balitbangdiklat Kementerian Agama Hariyah menambahkan bahwa selain menulis dengan mengalir, dia menulis untuk berbagi pengalaman.

“Dalam menulis ini lebih ke pengalaman aja ya, berbagi kepada para pembaca tentang apa yang kita kerjakan dan semoga apa yang kita kerjakan itu ada manfaatnya buat masyarakat pembaca,” ucapnya.

Sedangkan menurut Editor Milastri Muzakkar, menulis bukan hanya sekedar menuangkan ide tapi juga memberikan jiwa atau roh kepada hal yang ingin disampaikan agar negara ini bisa menjadi lebih baik.

“Betul-betul dari sebuah ide lalu diharapkan lahir sebuah perubahan yang lebih baik untuk negara kita,” papar Mila, sapaan akrabnya.

Sementara siswa kelas 10 SMKN 3 Jakarta Naurah Risadamayanti menyatakan bahwa menulis adalah sebuah cara untuk menuangkan ide.

“Jika kita memiliki ide atau pemikiran tentang suatu hal, salah satu jalannya adalah menulis. Dengan menulis kita bisa menuangkan ide kita, lalu apa yang ada di pemikiran kita akan menjadi bukti nyata dengan demikian kita ikut berkontribusi dalam lingkungan sekitar,” terang Naurah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X