YOGYA, KRJOGJA.com - PSIM hampir menginjak usia 92 tahun. Berbagai peristiwa menarik baik suka maupun duka dilewati klub kebanggaan masyarakat Yogyakarta ini.
Salah satu yang menarik untuk diingat, yakni ketika PSIM nyaris terdegradasi ke Divisi 2 pada tahun 2002 lalu. PSIM dalam dua tahun terakhir memang terpuruk saat itu, terdegradasi dari kasta tertinggi (Divisi Utama) bahkan hampir gagal di Divisi I.
Pada musim 2001-2002 itu, PSIM bermain satu grup dengan tim-tim seperti Perserang, Persedikab, Persegi Gianyar hingga PSJS Jakarta Selatan. Tim-tim lain ketika itu terbilang mentereng dengan legiun asingnya, hanya PSIM yang lagi-lagi prihatin dengan skuad lokal karena pendanaan pas-pasan.
Sumarjono, salah satu pemain saat itu menceritakan setiap pertandingan, Mandala Krida berubah sepi musim itu. Penonton hanya ada di tribun barat (tertutup) dan sedikit di timur (bawah skor).
“Kita memang pakai lokalan semua saat itu, degradasi ya keuangan tidak begitu baik. PSIM jalan, tapi dengan kondisi yang prihatin, meski tetap semua pemain punya kebanggaan luar biasa berseragam PSIM,†ungkapnya ketika berbincang dengan KRjogja.com.
Musim itu, ada momen luar biasa yang akan selalu diingat di benak saksi hidup Mandala Krida. Sore di Mandala Krida, saat PSIM menjalani laga terakhir melawan Persegi Gianyar yang akan menentukan hidup mati, bertahan di Divisi I atau terjerembab ke kasta ketiga alias Divisi II.
Nama Sukriwiyono, mungkin sudah dilupakan pandemen PSIM saat ini, karena ia hanya satu musim saja membela Laskar Mataram musim 2001-2002. Tapi, sore itu di Mandala Krida, Sukri menjadi penyelamat PSIM dengan sebiji gol ajaib pada menit ke-25 babak pertama.
Sebuah tendangan bebas dari tengah lapangan jarak 50 meter menghujam keras ke gawang Persegi. Gol itu membangkitkan semangat PSIM yang akhirnya menang dengan skor akhir 3-1 setelah tambahan dua gol dari Sinangjono.
KRjogja.com berbincang dengan Sukri, yang menceritakan momen-momen paling diingat selama perjalanan hidup di sepakbola. Sukri yang kini menjadi pelatih di SSB AMS Seyegan dan juga pengusaha angkringan mengaku tak bisa melupakan momentum gol ajaibnya dari jarak 50 meter di Mandala Krida.
“Saat itu pelanggaran, PSIM dapat tendangan bebas dan saya berinisiatif mengambil. PSIM di sisi selatan saat itu, saya seperti biasa main di libero, belakang. Ketika itu saya yakin mau langsung karena feeling dibantu angin ke utara. Yasudah saya ambil inisiatif tendang,†kenang Sukri.
Benar saja, sepakan langsung dengan punggung kaki kanan melesat keras ke gawang Persegi. Kiper lawan dikisahkan Sukri hanya bisa terperangah diam karena bola dirasa akan melambung jauh di atas mistar gawang.
“Ternyata bola melengkung turun, mengenai mistar sisi dalam dan memantul gol masuk. Itu rasanya luar biasa sekali, membangkitkan semangat tim. Bahkan pelatih PSIM saat itu, Bang Erent Pahelerang menyebut itu gol ajaib,†lanjut pria 48 tahun yang juga memegang lisensi wasit nasional itu.