JAKARTA, KRJOGJA.com - Ki Hadjar Dewantara sudah mengajarkan orientasi bangsa yang sangat jelas dan futuristik, melihat jauh ke depan.
"Tapi kita terlanjur mengabaikan bahkan melupakan nasihat bijak pendiri bangsa, sehingga pendidikan kita mengalami kemunduran," kata
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi di Jakarta, Senin (3/5 2021).
“Ki Hadjar Dewantara sudah mengajarkan orientasi bangsa yang sangat jelas dan futuristik, melihat jauh ke depan. Tapi kita terlanjur mengabaikan bahkan melupakan nasihat bijak pendiri bangsa, sehingga pendidikan kita mengalami kemunduran. Kemunduran pendidikan karena terlalu sibuk membahas masalah-masalah administratif pendidikan mulai dari kurikulum, penggunaan anggaran, sistem evaluasi dan kelulusan, dana bantuan sekolah, dan berbagai persoalan lainnya,†kata Unifah.
Ki Hadjar Dewantara yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah pahlawan nasional asal Yogyakarta, yang lahir pada 2 Mei 1889 di mana tanggal kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional untuk menghormati jasa-jasanya di bidang pendidikan.
Dijuluki Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sebuah sekolah bernama Perguruan Nasional Taman Siswa atau bisa disebut Taman Siswa dan menjadi Mentri Pendidikan dan Kebudayaan pertama Indonesia.
Menurut Unifah Rosyadi pendidikan dikerdilkan menjadi sekadar akademis atau intelektualitas semata. Sementara rohnya pendidikan, hakikat pendidikan dilupakan. Persoalan besar yang dihadapi sekarang adalah hilangnya makna atau roh pendidikan dalam kehidupan berbangsa.
“Menyalahkan guru dalam kondisi seperti ini, juga sangat keliru. Guru sejak awal 'dijebak' dalam persoalan administratif serta dikejar target kurikulum yang sangat menguras tenaga. Guru misalnya, harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan melakukan analisis hasil ulangan (AHU) yang membutuhkan konsentrasi tinggi,†katanya.
Belum lagi, kata dua, guru juga menyusun silabus, membedah kisi-kisi soal ujian tengah semester (UAS) serta sejumlah hal lain yang sangat administratif, menyita waktu dan menguras tenaga.
Di sisi lain kesejahteraan guru dan peningkatan mutu guru melalui pelatihan periodik yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah, masih kurang diperhatikan secara serius.
Selain itu, maraknya kebijakan pendidikan yang menimbulkan kegaduhan, penyusunan peta jalan pendidikan yang pragmatis dan bukan mencerminkan tentang pandangan sebagai bangsa dalam mengantisipasi pendidikan masa depan, dan perhatian yang sangat minim kepada guru, guru 3T (tertinggal, terdepan dan terluar), persoalan kesejahteraan dan kualitas yang jauh tersentuh,itu semua menunjukkan sudah saatnya ada pembenahan serius di dunia pendidikan kita.