JAKARTA, KRJOGJA.com - Dubes Indonesia untuk Kolombia periode 2012-2017, Tri Edi Mulyani dalam Webinar yang diselenggarakan oleh Asosiasi Manajemen Indonesia (AMA) hari Selasa malam (20/4) meminta pengusaha Harus Aktif Berhubungan dengan Mitra Bisnis Mancanegara.
"Memang tidak mudah untuk membuat satu achievement di sebuah negara yang bahkan ada orang atau pejabat yang tidak tahu Indonesia," jelas Dubes yang akrab dipanggil Niniek Trie itu.
Bahkan ketika pertama kali memperkenalkan diri sebagai orang Indonesia, tidak jarang dia mendapatkan pertanayaan "Donde esta?" yang artinya adalah "Dimana itu?"
"Karena saya punya pikiran bahwa jika tidak kenal, bagaimana mereka bisa sayang? Kalau tidak kenal dan tidak sayang, bagaimana akan menjalin kerjasama?" tambahnya.
Oleh karena itu, Niniek Trie pun membangun dari awal hubungan dengan para pejabat dan tokoh terkait di Kolombia dan menjalin hubungan baik sebagai langkah tepat untuk membuat kesepakatan bisnis.
Upaya yang dilakukan Trie pun membuahkan hasil. Selama lima tahun mengemban tugas sebagai dutabesar di Kolombia, banyak pencapaian yang berhasil ditorehkan. Bukan hanya B-2-B, seperti kopi, tapi juga dalam banyak sektor lainnya. Diapun dipercaya menjadi wakil Indonesia untuk menjadi saksi perjanjian pengakhiran konflik dengan kaum separatis FARC-EP (Feurzas Armadas Revolucionarias de Colombia-Ejercito del Pueblo).
Dalam diskusi yang dipandu Suherman Widjaja, Ketua AMA Cabang Tangerang Raya, Webinar mendengarkan paparan Bagas Hapsoro, Dubes RI untuk Swedia 2016-Juli 2020 dan pengalaman E.D. Syarief Syamsuri mantan Dubes RI untuk Maroko (2014-2018).
Pentingnya Triple Helix bagi diplomasi ekonomi
â€Kolaborasi antara usahawan, pemerintah, dan kalangan intelektual yang dikenal dengan konsep Triple Helix, sangat penting untuk membangun fondasi industri kreatif nasional yang kuat. Hal ini disampaikan Bagas Hapsoro menjawab pertanyaan beberapa peserta. "Kini perguruan tinggi banyak dituntut untuk melakukan penelitian yang mendasar dan menghilir, oleh karena itu kolaborasi dalam wadah triple helix sangatlah penting," kata Bagas.
Selanjutnya Bagas mengambil contoh kesuksesan ekonomi Korea Selatan. Indonesia bisa menjadi net exporter untuk produk-produk ekonomi karena mempunyai nilai tambah. Untuk usur produk teknologi, inovasi sangat diutamakan. â€Dimanapun di dunia penelitian dan pengembangan akan menghasilkan produk yang lebih berkualitas … dengan nilai jualnya tinggiâ€, kata Bagas.
Wisata religi sangat prospektif
E.D. Syarief Syamsuri mantan Dubes di Maroko menjelaskan bahwa target wisatawan Maroko yang masuk ke Indonesia sebesar 0,5% dari 2 juta wisatawan Maroko ke luar negeri, tidaklah berlebihan. Untuk itu, bersama dengan operator wisata Maroko, KBRI menginisiasi paket program wisata, termasuk wisata religi yang diminati wisatawan Maroko. Para operator yang diundang mengunjungi Indonesia diminta untuk menyusun artikel tentang objek wisata di Indonesia pada berbagai media, termasuk media sosial.