Melius Mau, Legenda Hidup PSIM Idola Sultan Sampai Tukang Becak

Photo Author
- Minggu, 30 Agustus 2020 | 11:22 WIB
Mellius Mau saat menunjukkan kliping koran dirinya (Harminanto)
Mellius Mau saat menunjukkan kliping koran dirinya (Harminanto)

YOGYA, KRJOGJA.com - Nama Mellius Mau tentu sangat akrab di telinga pecinta sepakbola DIY pada tahun 60-an hingga akhir 80-an. Penyerang asal Bima NTB tersebut begitu subur bersama PSIM dan dikenal piawai mencetak gol dengan kepala.

Mellius sampai saat ini tercatat sebagai pemain yang paling lama membela PSIM. Betapa tidak, tak kurang dari 24 tahun Mellius berseragam Laskar Mataram sejak berusia 18 hingga gantung sepatu pada usia 42 tahun.

Cerita Mellius begitu menarik ketika ditelusuri lebih jauh. Ia datang dari NTB pada 1967 ketika hendak berkuliah dan akhirnya diterima di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Hampir dua tahun berselang, karena bakat yang dimiliki, Mellius mendapat kesempatan bermain di PSIM setelah sebelumnya mengikuti klub perkumpulan TNH. Dikenal sebagai seorang penyerang subur gol, awal karier Mellius di PSIM ternyata dimulai dari posisi libero.

“Saat itu PSIM tidak punya penyerang, yasudah akhirnya saya diminta main jadi penyerang. Modal saya saat itu hanya shooting keras dan lari kencang, itu saja,” ungkap Mellius ketika ditemui KRjogja.com belum lama ini.

Dari situ, Mellius ternyata menemukan insting gol dan terus melesat bagai anak panah. Kemampuannya bertambah, lompatan tinggi membuat dia kerap mencetak gol melalui sundulan kepala. Itu jadi keistimewaan Melli, begitu ia akrab disapa untuk selalu mengisi posisi utama PSIM.

Di sisi lain, Melli begitu disiplin di dalam dan luar lapangan. Itu pula yang menjadikan Melli kapten PSIM terlama sepanjang masa, sampai hari ini.

“Begitu main di senior, saya sudah diminta jadi kapten. Selalu saya yang diminta pelatih, siapapun itu baik Pak Djawad, Pak Djono atau siapapun ketika saya main. Saya mungkin disiplin, latihan jam 3 saya sudah di lapangan setengah 3, lari-lari sendiri. Nanti kalau libur latihan, saya cross country sendiri lari dari Mrican (Gejayan) ke Kaliurang,” kisahnya sembari mengenang.

Karier Melli begitu cemerlang di PSIM, hingga pada 1975 ia dipanggil memperkuat timnas untuk kejuaraan Kings Cup di Thailand. Ia mencetak dua gol melawan tuan rumah dan mendapat hadiah 20 Dollar Amerika saat itu.

“Saya tahun 1975 itu, bulan Desember menunggu kelahiran anak pertama dan posisi di Thailand. Istri saya melahirkan sendiri di Jogja. Tapi ternyata, begitu saya tiba di Jogja, para pengurus PSIM sudah membantu saya. Uang persalinan istri sudah dibayar, lalu saya diberikan sembako di kost. Itu yang membuat saya begitu mencintai PSIM, saya merasa ‘diuwongke’,” ucap Melli berkaca.

Mundur beberapa waktu sebelumnya, sosok Mellius yang begitu ciamik di lapangan hijau nyatanya membuat masyarakat DIY jatuh cinta. Ia terkenang bagaimana pesta pernikahan sederhananya dihadiri puluhan tukang becak yang merupakan penggemarnya.

“Saya kaget, tidak punya uang untuk pesta nikah, ternyata dibayari pengurus juga. Lalu ketika pesta di sebelah rumah saudara saya, banyak sekali tukang becak datang ada bawa hadiah banyak sekali. Saya kaget ini kok ramai sekali padahal tidak ada undangan karena memang saya tak punya uang. Ternyata mereka tahu dari koran, ada pengurus yang mengumumkan pernikahan saya. Ya itulah saya sangat terkesan,” imbuh bapak tiga anak itu.

Kenangan itu pula kemudian membawa ingatan Mellius kembali mundur beberapa tahun sebelumnya, saat DIY bermain dalam PON di Jakarta. Sri Sultan HB IX yang merupakan gubernur DIY datang langsung mengunjungi para pemain sepakbola dan secara khusus mencari Mellius.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X