JAKARTA, KRJOGJA com -Rencana pemberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara permanen, bukan berarti tidak akan ada aktivitas di sekolah lagi.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kalitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno dan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Iwan Syahril, dalam bincang sore yang diadakan lewat aplikasi Zoom.
Pemaknaan tentang PJJ permanen ini seolah-olah PJJ-nya permanen, full dalam artian seluruhnya online learning, itu yang perlu diklarifikasi," demikian Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Iwan Syahril.
Dimaksudkan permanen adalah penggunaan teknologi yang diterapkan selama pelaksanaan PJJ. Bukan sistem online seperti yang diberlakukan selama pandemik COVID-19 berlangsung.
Oleh karena itu Iwan
meminta agar para guru melakukan asesemen atau penilaian kepada para murid sebelum kurikulum berlangsung.
“Nanti ketika masuk, ada gap (jarak kemampuan murid) yang melebar. Maka guru harus mengidentifikasi mana anak yang tertinggal, itu yang mendapat prioritas pertama untuk ditolong,†Iwan.
Sedangkan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kalitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno meminta agar para guru melakukan asesemen atau penilaian kepada para murid sebelum kurikulum berlangsung.
“Nanti ketika masuk, ada gap (jarak kemampuan murid) yang melebar. Maka guru harus mengidentifikasi mana anak yang tertinggal, itu yang mendapat prioritas pertama untuk ditolong,†katanya.
Pasalnya, ketika anak belajar dari rumah dalam waktu yang cukup lama, kemudian suatu saat akan ke sekolah, akan terlihat perbedaan pemahaman yang diperlukan asesmen. Salah satu contoh negara yang menerapkan hal tersebut adalah Pakistan.
“Ketika di rumah itu sangat bervariasi cara belajarnya, ketika bersama-sama lagi dalam satu kelas, variasi kemampuan anak itu akan berbeda-beda, yang paling rentan di sini adalah anak-anak yang secara sosial ekonomi itu tertinggal, keluarga yang secara ekonomi berkekurangan,†kata Totok.
Salah satu langkah untuk mengurangi gap antar anak adalah dengan memberikan modul yang saat ini telah dibentuk oleh pihaknya. Hal itu dilakukan agar anak didik yang terhambat teknologi dapat memahami langkah pembelajaran apa yang akan diterapkan nanti ketika tahun ajaran baru berlangsung.
“Dibuat bahan ajaran yang memandu secara detil, ini untuk memudahkan dan mengurangi hambatan belajar tadi di tengah absennya teknologi. Nggak ada pandemi aja, kaya miskin aja ada gap, dengan kondisi ini gap itu akan melebar, kita cegah dengan modul dan juga nanti asesmen dan treatmen pembelajaran,†tegasnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memastikan bahwa rencana pemberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara permanen, bukan berarti tidak akan ada aktivitas di sekolah lagi.