Dari sisi ekonomi, plastik memiliki nilai ekonomi sirkular mulai dari produksi, konsumsi dan daur ulang. Ekonomi sirkular ini juga akan mengurangi ekstraksi sumber daya alam, menambah lapangan kerja, meningkatkan ekonomi langsung dan tak langsung, mengurangi sampah ke TPA, dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Simulasi yang dibuat oleh WSI menunjukkan, kalau sebuah kota dengan penduduk 200.000 orang dan menghasilkan sampah 100 ton perhari, akan memberi nilai daur ulang Rp 3.000 per kilogram plastik. Lalu, Rp 500 untuk plastik nilai rendah, ditambah Rp1.000 perkilogram masing-masing untuk kertas dan logam.
Jadi, dengan ekonomi sirkular untuk sampah plastik, analisa SWI, dari 1,67 juta ton impor bahan baku plastik untuk industri plastik, dapat daur ulang yang akan menghentikan 40% sampah plastik berakhir di TPA. Juga memberi pekerjaan kepada lebih dari 400.000 orang. Ini juga akan mengamankan lebih dari 200 hektar lahan pertahun untuk jadi TPA.
Di sisi lain, perkembangan industri, produksi, perdagangan komoditas, dan konsumsi, juga terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan populasi. Data Kementerian Perindustrian 2019 menunjukkan, dalam 5 tahun konsumsi plastik naik dari 17-23 kg menjadi 25-49 kg perkapita pertahun. Kondisi itu menunjukkan bahwa komoditas plastik ini sangat berperan juga dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Selain mengumpulkan botol plastik, Komunitas Plastik untuk Kebaikan juga memberikan hasil pengumpulan selama acara kepada salah satu pemulung.(*)