“Setiap tahun kami punya lomba Kampung Bersinar seperti lomba Adipura antar RW yang indikatornya harus punya bank sampah. Dari situ muncul kebanggaan warga dan unit-unit bank sampah juga jalan. Bukan lagi Rupiah jadi titik utama tapi kesadaran warga untuk lingkungan bersih dan kebanggaannya,†ungkapnya lagi.
Di tahun 2019 ini Rahmat menyebut omset bank sampah di Kota Malang mencapai angka Rp 300 juta. Padahal, tak semua unit di tingkat RT-RW murni menyetorkan sampahnya ke induk bank sampah koperasi yang diinisiasi Pemkot tersebut.
“Ada juga unit yang langsung ke pengepul, tidak masalah tapi masyarakat sudah tahu ada keterbukaan harga. Pengepul ikut kita juga harganya karena tak bisa lagi main-main. Terpenting kesadaran masyarakat untuk memilah dan memilih sampah pribadi sudah terbentuk,†pungkas dia. (Fxh)