2.500 Dosen Ikuti Simposium Ilmuwan Diaspora

Photo Author
- Minggu, 11 Agustus 2019 | 12:43 WIB
Ali Ghufron Mukti
Ali Ghufron Mukti

JAKARTA, KRJOGJA.com - Sebanyak 55 ilmuwan diaspora akan diundang pulang ke Tanah Air untuk mengikuti Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2019 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti. Rangkaian acara yang dihelat selama sepekan, yakni dari 18-24 Agustus di Jakarta ini mendapat respons positif dari masyarakat luas.

Lebih dari 2.500 peserta pun mendaftar untuk bertemu dengan para anak bangsa yang telah sukses meniti karier sebagai akademisi di luar negeri tersebut. Kehadiran ilmuwan luar negeri sendiri memang selalu menjadi daya tarik bagi para akademisi Tanah Air, terutama dalam menjajaki kolaborasi riset.

Tahun ini, Kemenristekdikti juga membuka peluang bagi perguruan tinggi negeri dan swasta, bahkan perguruan tinggi di bawah koordinasi kementerian lain untuk ikut serta dalam memberdayakan talenta yang dimiliki ilmuwan diaspora. Tercatat, sebanyak 65 perguruan tinggi di berbagai daerah mengusulkan diri untuk didatangi ilmuwan diaspora.

"Antusiasme masyarakat terhadap penyelenggaraan SCKD 2019 ini memang meningkat tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini karena momentum acara bertepatan dengan tahun pembangunan sumber daya manusia yang kini sedang diprioritaskan oleh Pemerintah," ujar Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti, di Jakarta ,Minggu  (11/8).

Target peserta sebelumnya hanya sekira 500 orang. Namun setelah dibuka pendaftaran secara online melalui laman diaspora.ristekdikti.go.id dalam kurun waktu kurang dari seminggu pendaftar telah mencapai 2.500 orang lebih. Tak sedikit pendaftar yang berprofesi di luar akademisi. Bahkan, para millennial pun tertarik mengikuti kegiatan yang bersifat ilmiah ini.

Tekait hal tersebut, nantinya para pendaftar akan diseleksi dengan mempertimbangkan ketertarikan bidang keilmuannya. Di sisi lain, menyampaikan bahwa beberapa ilmuwan diaspora yang diundang adalah mahasiswa Post Doctoral yang masih muda, tetapi sudah memiliki berbagai pengalaman di bidang keahliannya.

Menurut  Ali Gufron Mukti terdapat pula ilmuwan diaspora yang usianya di bawah 40 tahun, namun telah memiliki jenjang karier yang menjanjikan di institusi tempatnya bekerja. Berkat kegiatan ini pula, mereka mampu menjadi jembatan untuk menjalin kerja sama dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) hingga mobilisasi dosen atau mahasiswa Indonesia ke institusi luar negeri ternama.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X