Bahkan SD pun juga yang sangat baik sekali untuk menumbuhkembangkan karakter-karakter baik yang kita inginkan .
Dengan hal itu anak mau dijadikan apa terserah dari pada orang tuanya itu memang begitu Jadi kita bimbingan atau mau ke mana disitu.
Salah satunya ini kami ingin mengembalikan kesadaran orang tua memulai membudidayakan salah satunya untuk melawan gelombang gawai ini yang sudah melanda hampir juga ke desa-desa jadi orang tua itu dengan senang hati memberikan gawai kepada anak .
Selain itu orangtua jangan terpaku ajarkan anak baca, tulis dan berhitung untuk anak usia Taman Kanak-kanak (TK).
"Kita tahu kecerdasan anak bukan hanya calistung. Jadi jangan terburu-buru mengajarkan anak calistung,jika dalam kondisi mendesak dengan teknik bermain. Bahkan sampai anak usia 8 tahun atau klas 2 SD itu masih saatnya bermain," ujar Harris Iskandar.Â
Haris menjelaskan seharusnya belajar calistung saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) klas 3 atau usia menginjak 9 tahun. Bukan terburu-buru mengajarkan pada tingkat PAUD, bahkan mengikutkan les membaca.
"Untuk tingkat PAUD, baru pada tingkat praliterasi. Bahkan kelas satu, dua hingga tiga SD pun cara mengajarkannya (calistung) berbasis pada permainan."tegasnya.
Harris memberikan contoh bagaimana seorang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, yang ketika masuk SD belum bisa calistung. Padahal, Anies menghabiskan waktu empat tahun di TK. "Meski belum bisa calistung waktu kelas satu SD, tapi bisa jadi Mendikbud, jadi gubernur," kata Harris.
Karena itu, dia meminta TK untuk tidak mengajarkan calistung terburu-buru. Setiap tahun ajaran baru, pihaknya memberikan surat edaran agar lembaga PAUD tidak mengajarkan calistung.