JAKARTA, KRJOGJA.com - Sudah saatnya perguruan tinggi bersinergi untuk menghasilkan sebuah produk penelitian yang berkulitas dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat serta menjadi produk andalan bangsa Indonesia.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti, Muhammad Dimyati usai konferensi pers peluncuran NEST 2019 di Gedung D, Kemenristekdikti, Jakarta, Rabu (17/7) pagi.
Dimyati menjelaskan publikasi riset internasional yang dihasilkan oleh peneliti semakin meningkat dalam lima tahun terakhir, bahkan berada di atas negara Singapura dan Thailand. Namun demikian, kenaikan publikasi tersebut belum diikuti oleh kualitas produk hasil riset karena masih kuatnya ego sektoral masing-masing lembaga.Â
Karena itu, Dia berharap antar perguruan tinggi dan lembaga riset saling bersinergi untuk menghasilkan hasil riset yang bisa dibanggakan oleh Indonesia di mata internasional. “Tantangan kita belum memiliki ikon nasional yang bisa dibanggakan karena antar lembaga tidak sinergi,†kata DimyatiÂ
Dimyati menuturkan sudah saatnya antar perguruan tinggi bersinergi untuk menghasilkan sebuah produk penelitian yang berkulitas dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat serta menjadi produk andalan bangsa Indonesia. “Paling tidak kita punya satu ikon nasional,†katanya.
Menurutnya, tidak mudah menyinergikan antara penelitian tersebut karena antar lembaga dan perguruan tinggi mempertahankan nama besar masing-masing. “Riset kita masih memiliki masalah dari sisi SDM, manajemen riset dan kelembagaan, bahkan kita punya banyak masalah dalam setiap kluster,†ujarnya.
Meski terus dibenahi, Dia menyebutkan, saat ini gairah penelitian di kampus semakin meningkat dengan adanya insentif untuk kegiatan riset. Bila dulu riset tidak dianggap di perguruan tinggi, sekarang nuansa penelitian makin meningkat. “Sebenarnya dari sisi kualitas kita harus bekerja keras, ada tahapannya, ada strategi untuk mengubah mindset birokrat dan auditor yang lebih mengedepankan proses, kita dorong ke output,†katanya