Jalan - jalan ke Pasar Kangen Yogyakarta, Berburu Barang Lawas Tapi Berharga

Photo Author
- Sabtu, 13 Juli 2019 | 11:10 WIB
Lapak unik dan otentik di Pasar Kangen Yogyakarta. (Foto: Nur Yuva P)
Lapak unik dan otentik di Pasar Kangen Yogyakarta. (Foto: Nur Yuva P)

SEJENAK jika berpikir tentang Pasar Kangen yang digelar di Taman Budaya Yogyakarta (13-20/7/2019), adalah venue bagi jajanan tradisional yang dikangenin dan dicari-cari. Tapi jika pengunjung mau berkeliling seluruh kawasan Taman Budaya, mereka akan menemukan berbagai koleksi barang, dokumen, aksesoris hingga peralatan lawas dari kerajaan hingga masa sebelum kemerdekaan. Salah satunya adalah lapak milik Jackie Yulianto. 

Berjualan secara lapakan dan bukan makanan ataupun jajanan lawas yang dijual, Jackie (penjual) justru menyediakan berbagai macam dokumen lawas mulai dari koran, iklan, foto, sampai prangko masa kemerdekaan pun ada di lapaknya. Hobby mengumpulkan barang bekas dengan kekhususan dokumen dan arsip lawas sudah digelutinya sejak lima tahun yang lalu. Barang yang dijual ia ambil dari bongkaran rumah dan toko serta barang yang ia kumpulkan dari teman sesama kolektor.  Menurutnya, barang yang diambil dari toko lebih banyak dan bervariasi.

Yang membuat lapak Jackie terlihat unik selain adanya dokumen lawas adalah menggantungnya bermacam produk shampo, sabun, bahkan pasta gigi era 2000-an yang bahkan sekarang kebanyakan toko tidak menjualnya lagi. Lucunya lagi produk tersebut sudah kadaluarsa. 

"Walaupun sudah kadaluarsa tapi ini antik lho. Sayang kalo dibuang," kata Fitri salah satu pembeli barang di lapakan Jackie.  

Selain menjual dagangannya setiap Pasar Kangen, Jackie juga menjualnya secara online melalui grup FB "Gudang Pemulung Buku dan Dokumen" bahkan ia sendiri yang menjadi admin dari ribuan anggota grupnya itu. 

Bagi pengunjung yang hobby mengoleksi perangko, disediakan berbagai perangko dengan harga 1 ribu/5 pcsnya. Jika mencari yang paling lawas disediakan prangko "Revolusi" dengan harga yang fantastis, 200 ribu sepaketnya. Prangko yang menjadi prangko pertama Indonesia ini dipisah tempatnya dari prangko lain sehingga keotentikannya sangat terjaga. 

Jackie juga mengatakan bahwa ia juga mengoleksi dokumen yang sangat lawas. Dokumen itu berbentuk surat berbahasa Belanda dengan tahun pembuatan 1843. Setiap dokumen dan arsip lawas yang ia jual di masukkan dalam plastik dengan background kertas tebal warna hitam, sehingga tidak mudah sobek saat dilihat-lihat oleh pengunjung. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X