Indonesia Tertinggal dalam Riset Sampah Laut

Photo Author
- Minggu, 16 Juni 2019 | 11:23 WIB
Istimewa
Istimewa

JAKARTA, KRJOGJA.com - Hasil studi terbaru beberapa peneliti Indonesia yang dipublikasikan di Marine Pollution Bulletin Journal of Elsevier pada Rabu (12/6) menunjukkan bahwa belum banyak riset tentang sampah laut yang dilakukan di Indonesia, sementara penelitian mengenai sampah laut secara global terus meningkat dan China memberikan kontribusi signifikan dibanding empat produsen sampah laut terbesar lain termasuk Indonesia.


Dalam studi riset yang hasilnya diterbitkan di Marine Pollution Bulletin Journal of Elsevier, para peneliti mengidentifikasi jumlah publikasi di dunia per tahun meningkat dari satu naskah pada 1978 menjadi 579 naskah tahun 2018, merefleksikan meningkatnya perhatian internasional terhadap sampah laut.

"Paper (makalah) kami kemarin yang saya share (bagi) sebenarnya me-review (meninjau) sejauh manakah riset marine debries (puing-puing di laut) telah dilakukan di Indonesia. Dan kenyataannya belum lah banyak bila dibandingkan luasan laut teritorial Indonesia yang sangat luas," kata peneliti madya Bidang Oseanografi Terapan Pusat Riset Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Widodo Pranowo, yang terlibat dalam studi Marine debries in Indonesia: A review of research and status.


"Riset terkait sampah laut Indonesia juga memiliki lebih sedikit koneksi jaringan kolaborasi internasional daripada negara-negara lain dengan tingkat produksi sampah laut yang lebih rendah, meski persoalan ini bersifat lintas batas," ia melanjutkan.

Hasil studi peneliti dari KKP, Universitas Padjajaran, Universitas Raja Ali Haji Maritim dan Mantawatch International juga menunjukkan studi lebih banyak dilakukan di wilayah barat Indonesia, terkonsentrasi di Pulau Jawa, dan kebanyakan fokus pada persoalan ekosistem pesisir, khususnya pantai. Riset mengenai ekosistem laut dan samudera belum banyak menurut para peneliti.

Selain itu, menurut para peneliti, studi yang menyelidiki komposisi dan distribusi sampah laut makro di Indonesia cukup dominan sedangkan penelitian yang membahas dampak dan atau mitigasi sampah laut lebih sedikit.

Para peneliti juga menyebutkan bahwa menurut studi hasil riset sampah laut di Indonesia sekitar 75 persen berupa manuskrip dari jurnal peer-review dari makalah konferensi, dan 25 persen sisanya terdiri dari literatur abu-abu atau laporan teknis dan tesis akademik.

Berdasarkan hasil analisis dari 4.752 naskah riset kolaborasi antarnegara yang diidentifikasi dari Clarivate Analytics Web of Knowledge menggunakan paket bibliometrix diketahui bahwa sebagian besar publikasi diterbitkan dalam jurnal yang berfokus pada ilmu lingkungan atau manajemen sumber daya alam, dan mengingat sifat multidisiplin, cukup mengejutkan tidak ada studi sampah laut yang dikaitkan dengan bidang-bidang seperti kesehatan, sosial ekonomi, teknik atau kebijakan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X