JAKARTA, KRJOGJA.com - Setiap tahunnya ada banyak sarjana pendidikan yang berlebih, dan tidak terserap oleh pasar.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti di Jakarta ,Rabu (8/5 2019).
Ali Gufron Mukti mengungkapkan pengembangan SDM Iptek dan Dikti terhadap pembangunan di lima sektor prioritas bangsa, saat ini menjadi fokus Kemenristekdikti dalam upaya meningkatkan kualitas SDM Iptek dan Dikti Indonesia. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menghindari ketidaksesuaian antara program studi yang ada, dengan kebutuhan zaman yang terus berkembang.Â
Selain itu, rencana induk ini juga penting sebagai acuan bagi perguruan tinggi dalam membuka fakultas atau program studi baru yang selama ini kerap mengalami kendala dalam masalah penyerapan lulusannya.
“Supply dan demand antara SDM perguruan tinggi dengan industri merupakan hal penting yang harus jadi dasar pikir perguruan tinggi dalam mengambil kebijakan, sehingga ketika membuka prodi baru tidak hanya berdasarkan pada tren, atau kepercayaan, tetapi memang berlandaskan pada data kebutuhan SDM. Karena, saat ini banyak relevansi pendidikan tinggi terhadap kebutuhan kerja di industri belum terjalin dengan baik,†ujarnya.
Memasuki era disrupsi, pendidikan pun mengalami berbagai perubahan, baik dalam proses maupun perkembangannya. Indonesia pun mulai berlari untuk masuk dalam peta keilmuan dunia. Namun di dalam negeri sendiri, Pendidikan tinggi masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari akses, kualifikasi dan kompetensi, hingga relevansinya pada pembangunan nasional.
Tanpa sumber daya mumpuni, pembangunan bangsa tidak akan bisa berjalan optimal. Merujuk pada kondisi tersebut, Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kemenristekdikti, menyusun Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Manusia Iptek dan Dikti di lima sektor prioritas bangsa, yakni Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur, Pangan, dan Maritim. Rencana induk ini merupakan bagian dari rangkaian perencanaan SDM Indonesia masa depan sehingga jumlah serta ketimpangan antara kebutuhan ketersediaan SDM di lima sektor tersebut dapat dipetakan.