JAKARTA, KRJOGJA.com - Pemerintah Indonesia tengah mencari pendanaan untuk 28 proyek dari Belt and Road Initiative (BRI) atau Program Jalur Sutra. Ke 28 proyek tersebut senilai USD 91,1 Miliar atau setara Rp 1.295,8 Triliun. Proyek tersebut akan dibawa dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) kedua The Belt and Road Initiative atau Jalur Sutra pada April 25-28 April di Beijing, China.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam kerja sama tersebut. Salah satunya adalah mengenai isu perubahan iklim dan lingkungan.
Manager Kampanye Walhi, Yuyun Harmono mengungkapkan, di dalam salah satu persayaratan yang diajukan oleh pemerintah Indonesia adalah China harus membiayai proyek yang ramah lingkungan. Namun pada kenyataannya, dari 28 proyek yang ditawarkan tersbebut terdapat beberapa proyek energi kotor batu bara yang tentu saja tidak termasuk kategori ramah lingkungan.
"Tapi faktanya justru proyek-proyek yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia itu masih ada proyek-proyek tambang dan PLTU Batubara. Jadi bagaimana kita ngasih syaray ke investor China syaratnya adalah harus ramah lingkungan tapi kita justru mengusulukan proyek-proyek yang tidak ramah lingkungan," kata dia di kantornya, Senin (29/4/2019).
Dia melanjutkan, hal ini menunjukkan pemerintah tidak betul-betul berkomitmen dalam mendukung upaya penurunan emisi di dunia.
"Ini makanya kita sebut sebagai langkah hipokrit karena kita juga menunjukkan bahwa kita tidak benar-benar melakukan penurunan emisi. Sekarang kita masih mengantungkan energi kita pada batu bara," ujarnya.
Selain itu, dia mengungkapkan China menjadi negara penyokong terbesar proyek-proyek energi kotor batu bara di seluruh dunia baik tambang maupun PLTU.