“Kami sangat merasakan bahwa manfaatnya begitu besar mengurangi disparitas harga. Sebab selama ini harga yang diterima masyarakat kepulauan itu adalah harga dari kota-kota besar atau tidak Direct, sekarang justru bisa langsung,†ungkap Harry.Â
Harry berharap program tol bisa berjalan tanpa mengurangi anggaran yang disediakan pemerintah. “Untuk kendala-kendala pada akhirnya bisa berjalan dengan sendirinya. Misalnya selama ini kita yang angkut dan mendistribusikannya juga masih lewat PT PELNI. Sekarang sudah ada regulasi baik itu dari Kemendag maupun Dinas Perdagangan setempat,†urainya.
Pembicara lainnya Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lukman mengatakan, tol laut tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan jalur angkutan darat. Apa yang dilakukan pemerintah dengan membangun jalur tol bisa dimanfaatkan namun belum begitu maksimal.Â
“Kita berharap ada kluster-kluster yang dilalui di sepanjang jalan termasuk jalan tol. Sehingga muatan kendaraan yang kewat tidak harus kendaraan besar, tapi ada kendaraan pengumpul yang mendistribusikan lewat pergudangan,†kata Kyatmaja.
Pemerintah kata dia, harus berperan tapi sebagai fasilitator. Penggeraknya pada akhirnya bisa dilakukan lewat sektor swasta.
Akademisi dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), Saut Gurning, menyambut baik buku mengenai tol laut. "Selama ini tol laut sudah banyak menunjukan peranannya dalam menurukan disparitas harga namun masih perlu dioptimalkan lagi," ujarnya. (Imd)