LOMBOK, KRJOGJA.com - Rumah hancur, usaha menjadi seret, bukan berarti akhir. Salah satu korban gempa Lombok, Syahdianto yang tinggal di Dusun Karangsobor, Desa Sokong Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara justru menemukan langkah baru untuk bangkit dari keterpurukan. Ia menangkap peluang baru untuk berusaha, yang selama ini terabaikan.
Sarjana administrasi pemerintahan Universitas Muhammadiyah Mataram ini memulai langkah baru dengan memanfaatkan sampah sebagai sumber mata pencahariannya. Padahal sewaktu belum ada gempa, dirinya tidak melihat bahwa sampah menjadi ladang ekonomi, ladang untuk memperoleh penghasilan.
Baca juga :
Sinergi Mempercepat Bantuan Sampai ke Warga
Perbaiki Mental, Raih Semangat Baru
Sampah memiliki nilai ekonomi ketika di pengungsian banyak bertebaran aneka sampah, baik dos, botol plastik, tempat makanan, hingga aneka kertas. Jika dikumpulkan, kemudian dijual akan memiliki nilai. Karena sampah masih bisa diolah untuk kemudian menjadi bahan yang bernilai.
Atas masukan dan dorongan relawan Ustadz Syawaluddin, Syahdianto mengumpulkan sampah yang ada di pengungsian yang begitu banyak. Setelah dikumpulkan, ia sortir sesuai dengan jenisnya. Upaya mengumpulkan sampah ini mengundang perhatian masyarakat sekitar, untuk ikut terlibat mengumpulkan sampah dan diserahkan kepadanya.
Atas saran Ustadz Syawaluddin, Syahdianto bersama rekan-rekan aktivitas pramuka mendirikan bank sampah di masing-masing kecamatan yang daerahnya terkena gempa di Lombok Utara, yakni Tanjung, Pemenang, Gangga, Kayangan dan Bayan. Rekan-rekan di masing-masing kecamatan berusaha untuk mengumpulkan sampah, baik dari tempat pengungsian, maupun di rumah-rumah penduduk, untuk selanjutkan ditampung di Mataram. Rekan-rekannya bersama Ustanz Syawaluddin kemudian menamakan Bank Sampah 7 SR.