Jateng Rawan Kekeringan, Ini Langkah Sigap Kementan

Photo Author
- Sabtu, 1 September 2018 | 08:21 WIB

JAKARTA, KRJOGJA.com - - Kementerian Pertanian terus melakukan upaya-upaya peningkatan produksi padi diseluruh wilayah Indonesia. Upaya peningkatan produksi padi untuk mencapai swasembada pangan berkelanjutan dilakukan dengan mendorong petani untuk melakukan aktivitasi pertanaman di sepanjang tahun. 

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi provinsi yang paling terdampak kekeringan.  Kebijakan ini harus didukung dengan ketersediaan air yang cukup terutama pada musim kemarau.  Berdasarkan Informasi dari BMKG, puncak musim kemarau tahun ini diperkirakan terjadi pada bulan Agustus hingga September. 

Guna mempertahankan produksi pertanian khususnya padi, dalam menghadapi musim kemarau ini, Kementerian Pertanian telah menurunkan tim khusus ke Lokasi-Lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi.

Pending Dadih Permana selaku Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, mengatakan bahwa tugas dan fungsi dari Tim Khusus ini untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait antara lain TNI, Kementerian PUPR serta Pemerintah Daerah setempat dalam memetakan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari Bendung/Bendungan, serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring air sesuai jadwal yang telah disepakati.

"Secara umum permasalahan kekeringan yang terjadi disebabkan oleh curah hujan yang sedikit dan kondisi penggelontoran debit air dari Bendung/Bendungan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pemeliharaan bendung dan saluran irigasi serta penggunaan bendung untuk kepentingan lain.

Pada tingkat pengaturan debit air, kata Pending Dadih penyusunan rencana pengalokasian air dilaksanakan masih berdasarkan asas pemerataan per bangunan, belum fokus pada upaya penyelamatan tanaman yang kondisinya menjelang puso," tutur Pending Dadih menjelaskan, kemarin.

Pada sebagian titik, infrastruktur bangunan air kondisinya sudah rusak. Serta sedimentasi tinggi pada saluran pembawa (irigasi). "Belum sepenuhnya sinergi diantara instansi terkait dalam upaya menangani kekeringan" ujarnya.

BMKG juga memprediksi pada musim kemarau tahun 2018 ini akan sedikit lebih panjang dan musim hujannya mengalami kemunduran hingga 20 hari. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh anomali iklim global El-Nino Southern Oscillation (ENSO) pada sebagian wilayah Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X