JAKARTA, KRJOGJA.com - Olahraga dan politik merupakan dua sisu berbeda yang saling memguatkan. Namun demikian, jika terjadi mempolitikkan olahraga harus dihindari.
"Mempolitikkan olahraga harua dihindari. Karena olahraga hanya sebagai alat mencapai tujuan politik dan itu akan memperlemah kebredaan olahraga sebagai sarana prmbentukan karakrer bangsa," kata Tomy Kurniawan, Staf Khusus Menpora dalam acara diskusi olahraga di Jakarta. Selasa (31/7).
Dijelaskannya, politik dan olahraga saling menguatkan itu bisa dilihat dalam era perjuangan bangsa Indonesua, bagaimana pembentukan karakter dan persatuan bangsa diwujudkan dalam penyelenggaraan pekab olahraga masio al (PON) 1947 di Surakarta.Â
"Bahkan di tahun itu juga dibahas untuk perjuangan dan penyatuan bangsa asia, melalui Asian Games yang akhirnya di gelar 1951 du India, " ujar Tomy yang juga artis kondang yang kini ikut terjun menjadi calon legislatif (Caleg) itu.Â
Saat ini, tambahnya, perjuangan olahraga di ajang politik masih perlu dilakukan di DPR agar mendapat kucuran dana pembinaan olahraga yang memadai." melalui politik anggaran kita akan berusaha agar dana pembinaan olahraga mendapat tambahan, " katanya lagi.Â
Berdasarkan catatan pada tahun 2012 jelasnya, anggaran Kemenpora untuk Pembinaan Olahraga Prestasi sebesar Rp 474,5 Miliar. Dari dana ini sebesar 0,016% atau setara Rp 9 Miliar diberikan KONI.Kemudian, pada tahun 2013, anggaran Kemenpora untuk Pembinaan Olahraga Prestasi sebesar Rp 250 Miliar . Dari dana ini sebesar 0,008%  atau senilai Rp7 Miliar diberi KONI.
Namun demikian untuk memaksimalkan angaran yang ada, menurut Tomy, perlu adanya skala pembinaaan olahraga prioritas.Â
Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Raden Isnanta mengatakan PPLP menjadi kawah candradimuka untuk mencetak atlet-atlet muda berpretasi selain pendidikan dini di sekolah-sekolah dasar.