KARANGASEM, KRJOGJA.com - Warga masyarakat Karangasem harus mengungsi akibat erupsi letupan lava pijar yang membakar sebagian hutan di puncak Gunung Agung, Bali dan akan berlangsung cukup lama karena karakter gunung berapi itu sulit ditebak.Â
"Untuk itu saya minta, tingkatkan kinerja kita dalam melayani masyarakat secara gotong-royong. Ayo kita bantu saudara-saudara kita yang ada di sini, kita kerahkan segala upaya untuk mereka," kata Bupati Karangasem I Gusti Ayu (IGA) Mas Sumantri dalam pernyataannya di Karangasem, Jumat (6/7/2018).
Saat meninjau masyarakat KRB (Kawasan Rawan Bencana) III radius 4 Km dari puncak Gunung Agung di beberapa titik pengungsian, ia meminta seluruh Organisai Perangkat Daerah (OPD) dari tingkat Desa, hingga Kabupaten Karangasem-Bali, untuk memaksimalkan diri dalam membantu masyarakat yang mengungsi.
“Di sini saya juga ingin mengajak masyarakat di daerah pengungsian untuk saling bergotong-royong membantu para pengungsi setelah menyusul letusan yang terjadi Senin malam pukul 21.04 WITA,†ujar IGA Mas Sumantri yang didampingi pejabat Muspida.
Sehari sebelumnya Gunung Agung mengalami lima kali erupsi kecil dengan tinggi abu vulkanik sekitar 1.000 meter hingga 2.000 meter. Namun, masyarakat sekitar Gunung Agung dikejutkan dengan letusan disertai dengan suara ledakan keras yang disertai lava dan batu pijar sehingga menyebabkan kebakaran di sekitar puncak dan lereng gunung.    Â
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan erupsi terjadi pukul 21.04 WITA dengan tinggi kolom abu teramati 2.000 m di atas puncak (± 5.142 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.Â
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi sekitar 7 menit 21 detik dibarengi suara dentuman dan bersifat eksplosif melontarkan batu pijar karena ada tekanan dari dalam kawah. Lontaran lava pijar teramati keluar kawah mencapai jarak 2 km mengakibatkan hutan di sekitar puncak kawah Gunung Agung terbakar.
Pantauan satelit Himawari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa sebaran abu vulkanik dominan mengarah ke barat. (Ful)