JAKARTA, KRJOGJA.com - Kabupaten Wonogiri telah mengadopsi teknologi produksi dan aplikasi pupuk organik hayati (POH) LIPI guna meningkatkan produksi pertanian dan penyediaan pangan bergizi.
Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Sarjiya Antonius di Jakarta Senin (21/05/2018) menjelaskan dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan teknologi pupuk organik hayati (POH) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah menyasar berbagai wilayah di Indonesia.Â
Dia menjelaskan teknologi produksi dan aplikasi POH telah disosialisasikan, didesiminasikan, dan dipraktikan kepada sekitar 6.000 masyarakat petani di sekitar 70 pemerintah kota/kabupaten di seluruh Indonesia.Â
"Produksi pupuk ini sendiri telah mencapai sejumlah 14.000 liter dengan potensi aplikasi kepada lahan seluas 600 hektar dalam satu musim. Untuk mengulas lebih lanjut tentang pengembangan dan aplikasi POH ini ke depan, LIPI menyelenggarakan Media Briefing 'POH LIPI untuk Penyediaan Bahan Pangan Bergizi dan Berkelanjutan," ujarnya.
Dia mengatakan POH merupakan pupuk non axenic kultur Rizo-mikroba Pemacu Pertumbuhan Tanaman (RPPT) yang memiliki multi biokatalis dalam menyediakan Nitrogen, Phosfat, Kalium (NPK), zat pengatur tumbuh, dan asam-asam organik yang sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi tanaman dan kesehatan tanah.
Â
"Formula POH berbasis bahan atau substrat organik lokal yang mudah didapat masyarakat dengan harga terjangkau. Bahan-bahan pembuatan pupuk tersebut, antara lain tauge, gula merah, molase, air kelapa muda, agar-agar, tepung jagung, dan tepung ikan," ungkapnya.
Dikatakan Anton, manfaat utama POH LIPI adalah meningkatkan produksi pertanian secara signifikan. Lalu, tanaman yang menggunakan POH lebih tahan hama penyakit dan meningkatkan kualitas biokimia tanah pertanian. “Penggunaan POH juga mampu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia 30-50 persen,†ujarnya.
Lebih lanjut, Anton menyebutkan bahwa teknologi produksi dan aplikasi POH telah diadopsi secara resmi oleh Kabupaten Malinau, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bangka, dan Kabupaten Sangihe. Selain itu, juga telah diproduksi secara rutin dan mandiri di berbagai kelompok tani dan praktisi di berbagai wilayah Indonesia lainnya. (Ati)