JAKARTA,KRjogja.com – Teror bom yang terjadi beruntun di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur diduga sebagai aksi balas dendam atas tragedi kerusuhan di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Aksi itu diduga dipicu dari kekecewaan jaringan teroris terhadap sidang tuntuntan terdakwa kasus bom Thamrin Aman Abdurahman.
Pengamat terorisme, Harist Abu Ulya mengatakan, sosok Aman Abdurahman masih menjadi panutan bagi semua sel-sel teroris di Indonesia. Baik itu jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD) maupun Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), yang sama-sama berafiliasi terhadap ISIS.
"Itu adalah di antaranya, sesuatu yang menambah mereka marah karena pimpinan mereka (Aman Abdurahman) dianggap dizalimi," kata Harist kepada Okezone, Selasa (15/5/2018).
Sebagaimana diketahui, kerusuhan disertai penyanderaan polisi di Rutan Mako Brimob terjadi pada Selasa 8 Mei malam atau tiga hari sebelum sidang pembacaan tuntutan Aman Abdurahman di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada Jumat 11 Mei lalu. Diduga karena kerusuhan itu, sidang tuntutan Aman mendadak ditunda.
Pasca-kerusuhan di Mako Brimob, aksi teror bom bunuh diri terjadi di tiga gereja secara bersamaan pada Minggu pagi, 13 Mei yakni di gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya, Gereja Pante Kosta, Jalan Arjuno dan GKI Jalan Diponegoro. Akibat ledakan ini 18 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka.
Kemudian pada malam harinya terjadi ledakan bom di Rusunawa Wonocolo, tepatnya di belakang Polsek Taman Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur. Peristiwa itu menelan korban 3 orang tewas dan satu diantaranya masih anak-anak.
Esok harinya, pada Senin 14 Mei kembali terjadi bom bunuh diri di pintu masuk Polrestabes Surabaya. Lagi-lagi pelaku masih satu keluarga yang melibatkan anaknya. Beruntung bocah berusia 7 tahun itu selamat, sedangkan kedua orang tuanya tewas.
"Itu memang sudah direncanakan oleh sel-sel yang ada di Surabaya, baik itu yang ada di gereja di kantor polisi Rusunawa Sidoarjo, itu memang satu jaringan, komunitas yang sama dan motifnya memang mereka itu dendam terhadap aparat keamanan," pungkasnya. (*)