"Dengan teknologi dan kultur bertani yang berkembang, mestinya petani akan maju dan sejahtera. Oleh karena itu teknologi harus bisa dihubungkan dengan kultur masyarakat, agar pertanian kita tidak stagnan atau mati," jelasnya.
Maka HKTI pun langsung melakukan sejumlah pengembangan teknologi seperti menciptakan kemandirian dengan melakukan pembibitan atau benih padi varietas unggul M400 dan M70D. Kedua varieatas benih itu juga tahan terhadap hama dan penyakit. HKTI juga telah memproduksi pupuk organik berkualitas baik.Â
"Beberapa petani yang menggunakan kedua benih padi varietas unggul dan pupuk organik tersebut, di berbagai daerah menunjukkan hasil positif, yaitu dari satu hektar menghasilkan padi 9-10 ton. Padahal sebelumnya petani hanya bisa panen 5-7 ton saja per hektarnya," kata Moeldoko.
Teknologi lain yang sedang dalam proses pengembangan HKTI adalah drone pertanian. Drone yang nanti akan diperkenalkan kepada khalayak itu dapat digunakan multi fungsi yaitu untuk pemupukan, penyemprotn pestisida, pemotretan, dan lain-lain.Â
Untuk masalah hama, HKTI juga memiliki pasukan anti hama untuk membasmi 21 jenis hama sebagai musuh utama pertanian. Tim ini akan siap selalu membantu para petani yang lahannya diserang hama. Tim yang dinamakan Brigade Anti Hama itu berisi orang-orang yang memiliki kompetensi tentang tumbuh dan mutasinya beragam hama yang saat ini meresahkan petani.Â
"Ini harus disikapi betul-betul, karena jika tidak petani yang sudah menanam selama tiga bulan akan rusak oleh hama. Teknologinya juga akan terus dikembangkan," pungkas Moeldoko. (Fon)