Persahabatan pun Tak Ada

Photo Author
- Selasa, 30 Januari 2018 | 11:17 WIB

"Jangan khawatir, Cèng," Gendhon menjamin, "kita semua bukan anggota Paguyuban 3-C..."

"Apa 3-C itu...?" Pèncèng malah bertanya balik, karena memang belum mengerti dan baru mendengar.

"Cethèk, Cekak, Ciyut," jawab Gendhon.

Pèncèng tertawa. "Ya ya ngerti saya," katanya, "sekarang 3-C itu viral. Arus kerumunan manusia yang berpikir dangkal, pendek ke depan dan sempit. Ribut di medsos, di masjid, di gardu, masing-masing berbekal kedangkalan, ke-cekak

-an dan kesempitan. Makanya saya akhir-akhir ini banyak dolan ke acara-acara para seniman. Saya ingin tahu apakah mereka juga warga Ormas 3-C..."

"Terus kesimpulanmu?"

"Sejauh saya hadir ke tengah mereka, saya sangat lega. Hampir semua mereka sudah sembuh dari kuman-kuman masa silam, misalnya konstelasi politik, peta ideologi, polarisasi golongan dan aliran, atau perbedaan identitas etnik dan kepercayaan - yang dulu sangat mempengaruhi budaya pergaulan di antara seniman-seniman. Tahun-tahun terakhir ini mereka kembali menikmati menjadi manusia sejati, merawat persaudaraan, menganyam kasih sayang. Bahkan mereka menghormati dan menjunjung yang paling sepuh di antara mereka. Mereka bikin acara misalnya, Membaca Bang Azwar AN, Mikul Dhuwur Mas Tertib Suratmo, mewanti-wanti

satu sama lain dengan Mantra-2019, dan masih banyak lagi rencana-rencana indah mereka..."

Simbah memotong, "Oo itu yang dimaksud persaudaraan. Berpuluh-puluh tahun para seniman bersahabat, dan mengisi persahabatan itu antara lain dengan permusuhan. Tapi sekarang mereka bersaudara. Mereka menikmati persaudaraan..."

"Semacam itu, Mbah," jawab Pèncèng, "Menurut penyair sepuh yang saya kutip tadi itu, semua makhluk itu diciptakan oleh Tuhan berurutan, sehingga mereka semua bersaudara. Alam, tetumbuhan dan hewan itu kakaknya manusia. Jin dan malaikat saudara lebih tua lagi. Selama ini perjuangan lingkungan hidup, pemeliharaan ekologi dan ekosistem, mengacu pada filosofi dan pemahaman Barat, sehingga tidak sampai pada kesadaran kasunyatan

persaudaraan itu. Tanah, angin, air, pepohonan adalah saudara tua kita. Mereka bukan sesuatu yang kita lindungi, justru mereka yang melindungi. Kalau alam rusak, manusia hancur. Kewajiban manusia adalah mikul dhuwur

alam semesta. Rahmatan lil’alamin.."

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X