SEJAK tertangkapnya kelompok penyebar hoaks, Saracen, isu yang berimbas pada dunia politik pun kembali menggelinding deras. Bukan hanya soal tertangkapnya kelompok yang dikendalikan dari Pulau Sumatra ini, melainkan juga bagaimana memburu “aktor intelektual†di balik Saracen.
Beberapa media mulai menurunkan berita tentang komentar para tokoh untuk mengungkap terang siapa yang mendanai sindikat Saracen ini. Bahkan, Presiden Jokowi juga telah memerintahkan hal serupa.
Namun, ada yang tetap mengganggu saya dengan bertebarannya kembali istilah aktor intelektual untuk menyebut dalang dari suatu tindakan sangat tidak terpuji. Istilah tersebut ditengarai muncul kali pertama saat menjelang reformasi yang ditandai begitu banyaknya peristiwa politik dan kekacauan di dalam negeri. Tampaknya, kalangan media yang memopulerkan istilah ‘aktor intelektual’ ini, tetapi tidak diketahui siapa yang pertama menggunakannya.Â
Publik akan menghubungkannya dengan makna ‘aktor’ yaitu orang yang berperan dalam suatu kejadian penting dan ‘intelektual’ yaitu kata sifat yang berarti cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. KBBI V kemudian telah membakukan istilah ‘aktor intelektual’ dengan makna otak berbagai tindakan yang menyimpang (seperti kerusuhan, pembakaran, pembunuhan).
Karena itu, saya mengingat kembali catatan K. Bertens (Guru Besar Unika Atmajaya) di dalam Rubrik Bahasa Kompas, tujuh belas tahun lalu (1/5/2000). Ia menulis begini:Â
“Aktor†berasal dari kata kerja bahasa Latin agere, yang berarti “berbuat, melakukanâ€. Kita semua mengenal kata “aktor†(dan “aktrisâ€) dalam arti pemeran dalam film atau di atas pentas. Akan tetapi dalam bahasa Latin kata actor (laki-laki) atau actrix (perempuan) mempunyai arti lebih luas; pembuat atau pelaku. Kalau begitu, aktor intelektual berarti pelaku dengan intelek atau pelaku dengan daya pikir. Dalam bahasa Latin aktor intelektual akan berbunyi actor intellectualis.
Secara tata bahasa akurat, dalam bahasa Latin actor intellectualis tidak digunakan, yang lazim dipakai adalah auctor intellectualis. Perbedaannya hanya satu huruf: auctor, bukan actor.
Dijelaskan lagi oleh K. Bertens bahwa kata benda auctor berasal dari kata kerja augere dalam bahasa Latin. Artinya banyak, antara lain meningkatkan, memperbesar, menumbuhkan. Dengan demikian, kata auctor bermakna orang yang menumbuhkan, pendiri, perintis, pencipta, dan pengarang. Karena itu, auctor juga menjadi asal usul kata author dalam bahasa Inggris yang berarti ‘pengarang’ atau ‘penulis’.Â