Celakanya, produk kebencian ini lantas menjadi bisnis yang menjanjikan. Bahkan, tidak perlu pintar-pintar amat untuk menjalankannya seperti yang dilakukan sindikat Saracen. Jadi, yang namanya intelektual tidak berlaku bagi pebisnis produk kebencian, cukup gunakan otak jahat, licik, dan tentu saja nekat. Ujung-ujungnya adalah duit.
Terus, siapa aktor intelektual Saracen? Duduk manis saja di depan TV atau sambil pegang gawai. Kita nantikan satu per satu nama yang akan diungkap pihak kepolisian. Lalu, jangan lupa ketika nama telah ditemukan, selidikilah apakah benar mereka-mereka itu para intelektual Indonesia?