Tradisi Dugderan, Cara Unik Kota Semarang Sambut Ramadan

Photo Author
- Kamis, 25 Mei 2017 | 10:10 WIB

SEMARANG,KRJOGJA.com – Akhir Mei 2017 ini akan memasuki Bulan Ramadan.  Menteri Pariwisata Arief Yahya mengucapkan selamat menyambut Bulan Suci Ramadan, Selamat Berpuasa, tetap ceria, tetap berwisata di bulan puasa. “Di pariwisata ada Wisata Religi, misalnya Tour Wali Songo dari Cirebon, Demak, Kudus, Tuban, sampai Surabaya,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Di Jawa Timur juga ada banyak daerah yang tetap ramai di bulan Ramadan. Di Kota Kudus, 10 hari sebelum mula puasa, ada tradisi Dandangan, jalan Sunan Kudus dari keluar Masjid Menoro sampai ke Simpang Tujuh ditutup untuk bazar dan orang berjualan.

Di Kota Semarang menyambut kedatangan Bulan Suci Ramadan yang tinggal beberapa hari lagi dengan tradisi unik yaitu Dugderan. Acara Dugderan ini berisi karnaval yang diikuti pasukan merah putih, drumband, pasukan pakaian adat berbagai daerah, meriam, warak ngendok, serta berbagai kesenian di Semarang yang akan dilaksanakan satu hari sebelum bulan puasa, 24-25 Mei 2017.

Walikota Semarang Hendrar Prihadi menjelaskan, Dugderan merupakan tradisi sejak tahun 1881. Kala itu RMT Aryo Purbaningrat untuk pertama kalinya membunyikan bedug dan meriam di Masjid Agung Semarang untuk memberitahukan awal bulan Ramadan. Kejadian itu akhirnya dilestarikan sebagai tradisi menjelang Bulan Ramadan dan ditambahi karnaval untuk menghibur warga Kota Semarang.

"Dugderan sudah menjadi event nasional yang ditunggu masyarakat tidak hanya warga Semarang saja. Meski ada beberapa perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, Dugderan tak pernah berkurang maknanya," jelas Hendrar Prihadi, Senin (22/5/2017).

Arak-arakan dugderan yang dimulai dari depan kantor Balaikota di Jalan Pemuda menuju Masjid Kauman di Kawasan Pasar Johar Semarang. Di karnaval ini ada satu hal yang dianggap unik, yaitu keberadaan Warak Ngendok. Yaitu suatu makhluk imajiner yang hanya bisa dijumpai dalam Karnaval Dugderan.

“Warak Ngendok ditampilkan menyerupai sosok binatang dengan mulut menganga lebar dan lidah menjulur. Kaki makhluk ini dihiasi dengan rantai. Warak Ngendok sejenis binatang rekaan yang memadukan tiga unsur hewan. Makhluk ini juga sebagai simbol kerukunan antaragama dan suku yang terdapat di Semarang,” jelas Hendrar.

Meriahnya Dugderan, lanjut Hendrar, tak hanya terjadi pada puncak acara festival. Seminggu sebelum puncak festival, digelar pasar rakyat yang menjual aneka macam barang seperti mainan tradisional, busana muslim, hingga ragam kuliner yang tumpah ruah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X