"Padahal saat itu Mas Ayu Nitisari sedang hamil. Hal itu sepengetahuan Sri Sultan HB I dan diperkenankan. Namun ia baru sah mempersitri setelah anaknya itu lahir yang berarti anak tersebut merupakan putra Sri Sultan HB I," ucap Sayid.
Ketika menjabat Bupati Pacitan inilah, Nitisari melahirkan anak yang kemudian diberi nama RM Lancur. Secara genetika, RM Lancur merupakan putra Sri Sultan HB I. Setro Ketipo yang menjabat Bupati Pacitan lantas memakai gelar Setro Wijoyo I.
Sepeninggalnya, RM Lancur melanjutkan menjadi Bupati pacitan bergelar Setro Wijoyo II. RM Lancur inilah yang menurunkan RM Sumo Wijoyo hingga ke Sayid Munandar.
"RM Lancur merupakan ragil Nitisari dengan Sri Sultan HB I. Sebelumnya ada dua saudaranya seayah seibu, yakni RM Suwardi dan RAy Purwadipura yang silsilahnya terhenti karena saya tidak sempat menelusuri," ungkapnya.
Dilahirkan menuruni darah bangsawan tidak membuat RM Sumo Wijoyo bergelimang harta dan kekuasaan. Bahkan diceritakan ia harus hidup susah karena dikejar Belanda. Bahkan pemerintah saat itu menutup akses anak keturunan Sumo Wijoyo dalam semua aspek kehidupan. Hingga akhir hayatnya Sumo Wijoyo coba disembunyikan keluarga.
Nisan makamnya pun dibuat tanpa nama meski akhirnya keluarga mengenal dan lantas merawatnya. Trah keluarga Kraton Yogyakarta ini yang ingin dilestarikan dengan upaya merehab makam yang sejak lama menjadi jujugan peziarahan. (R-7)