JAKARTA (KRjogja.com) - Peneliti Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Ali Asghar berpendapat, teror bom bunuh diri di Mapolresta Solo tidak berhubungan langsung dengan ledakan di tiga Kota Arab Saudi.
"Namun, tetap teror di Arab Saudi memberikan motivasi membuka ruang bagi kelompok-kelompok tertentu di Indonesia untuk melakukan aksi teror," kata Ali dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (7/7/2016).
Ia mengatakan, perkembangan kelompok teroris saat ini cenderung membangun aliansi jejaring kontak tidak secara langsung, dan inilah yang membedakan dengan gerakan teroris sebelumnya.
(Baca juga: Bom di Mapolresta Solo, Kepala BIN: ISIS Telah Ubah Strateginya)
"Kelompok teroris saat ini membangun komunikasi dan jejaring melalui media sosial atau teknologi lainnya. Ini yang kemudian melahirkan simpatisan ISIS di Indonesia. Mereka siap melakukan aksi teror dengan skala kecil seperti yang terjadi di Solo," ucap Ali.
Ia menambahkan, bahwa teror di tempat suci Masjid Nabawi, Madinah, menujukkan aksi teror yang tidak dilandasi oleh agama.
"Bagaimana mungkin tempat suci agama Islam justru menjadi serangan teror oleh orang yang mengaku sebagai Islam," ujarnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, di Solo, Jawa Tengah, seorang teroris bersepeda motor memaksa masuk ke Markas Polresta Solo sehingga dikejar anggota provos pada Selasa 5 Juli 2016 sekira pukul 07.30 WIB.