HAMPIR semua home industri makanan saat menjelang Idul Fitri selalu panen pesanan. Hal yang sama juga dialami usaha Rengginang Bu Yatin yang berada di Dusun Tingal Wetan, RT 5 RW 2, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur.
Sejak sebulan lalu, omsetnya naik hingga 75 persen. Hal itu biasa terjadi terutama saat menjelang Idul Fitri seperti sekarang ini. Jika sebelumnya ia membuat hanya 40 kg beras, kini naik hingga mencapai 60-75 kg.
“Kenaikan terutama berasal dari permintaan para pengepul (pedagang) maupun tetangga atau para langganannya. Biasanya untuk oleh-oleh pulang kampung,†kata Ny Mutiah atau yang dikenal dengan Bu Yatin di rumahnya, Senin (04/07/2016).
Diungkapkan, jika ia memulai usahanya itu sejak tahun 1996 lalu. Ketrampilan membuat rengginanang itu, didapat karena sebelumnya ia bekerja membuat rengginang milik tetangganya. Di Desa Wanurejo sendiri, memang dikenal sebagai desa wisata dengan banyak home industri. Salah satunya, home industri makanan olahan diantaranya rengginang.
“Seingat saya dulu, awalnya saya membuat rengginang ini, karena mendapat pesanan dari seorang pedagang dari Muntilan untuk dikirim ke Jakarta. Saat itu, saya diminta membuat rengginang 1,5 ton dalam sebulan. Namun masih berupa bahan mentah belum digoreng,†ungkapnya.
Secara kebetulan, lanjut ibu empat orang cucu itu, bahan baku pembuat rengginang seperti beras ketan, bawang putih, garam dan terasi mudah didapat. Mulailah dengan modal nekat, ia berani menerima pesanan tersebut. “Kebetulan, almarhum suami juga mendukung. Jadi saya berani menerima pesanan itu,†ujarnya.
Untuk proses pembuatannya sendiri, dimulai dari beras ketan dibersihkan. Kemudian direndam selama sekitar 2 jam. Lalu di kukus 30 menit dan campur bumbu dengan cara diaduk. Setelah itu dikukus lagi selama 10 menit dan dicetak. Terakhir dijemur selama 1-2 hari. “Jika sudah kering, digoreng dan dikemas,†terangnya.
Untuk pemasaran sendiri, selain diambil para pedagang langganannya dari Magelang, Kulonprogo, Yogyakarta, Wonosobo dan Semarang, ada juga dari Lampung dan Surabaya. Tidak sedikit wisatawan program ‘tilik ndeso’ juga sering memborong rengginang produksinya.