KRjogja.com - NTT - Pelatihan 'Jurnalistik Bagi Generasi Milenial di Era Digital dalam Menghadapi Tantangan Teknologi Masa Kini' diselenggarakan di Aula Hotel Jati Asih, Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.
Pelatihan diselenggarakan pada Rabu (29/11/2023) ini mendapatkan dukungan penuh dari GMT Institute dan Yayasan Felix Maria Go (YFMG). GMT Institute dan Yayasan Felix Maria Go adalah lembaga yang digawangi oleh Fransiscus Go. Pelatihan jurnalistik ini diselenggarakan di 4 kota di NTT, yaitu Soe, Kefamenanu, Malaka, dan Atambua.
Pelatihan Jurnalistik ini terbuka untuk pelajar, mahasiswa, jurnalis, dan komunitas yang berminat dengan jurnalistik. Harapan dari Fransiscus Go dengan adanya pelatihan ini adalah menumbuhkan dan meningkatkan talenta-talenta muda dalam bidang jurnalistik, khususnya di NTT. Perwakilan dari Pihak GMT Institute menyampaikan kegiatan mereka berfokus pada bidang pengembangan sumber daya manusia.
Baca Juga: Perang di Gaza Tak Mungkin Dihentikan dalam Waktu Dekat, Apa Dampaknya?
Minat peserta terhadap pelatihan ini ternyata tinggi. Jumlah peserta yang tercatat mengikuti pelatihan adalah 50 orang. Para peserta antusias dalam mengikuti pelatihan. Antusiasme mereka tecermin dari tanya jawab yang berlangsung hingga akhir acara.
“Mau dibunuh, mau diculik, dan mau dibakar, sudah pernah. Apalagi, saya bukan orang NTT, saya orang Toraja. Apakah saya pecundang, nggak? Kata hati saya, saya jurnalis,” ucap Robert Kadang yang menjadi pemateri pelatihan jurnalistik.
Berprofesi sebagai jurnalis lebih dari 26 tahun menjadi kawah candradimuka yang menempa jiwa jurnalismenya. Tak selamanya seorang jurnalis menemui jalan terjal, tentu ada sisi menyenangkan yang menggugah nurani Robert Kadang sehingga tetap setia menjadi jurnalis.
Baca Juga: Rencana Pembentukan Kodam di Seluruh Provinsi Masih Dikaji
“Sehebat apa pun anda, jika bukan jurnalis, anda belum hebat,” tambah Robert Kadang.
Seorang jurnalis mampu menembus sekat-sekat birokrasi dan masuk di segala kalangan. Jurnalis ibaratnya mendapat 'tiket VIP' untuk mewawancarai beragam narasumber dan mengolah informasi menjadi berita yang akurat.
Tidak sekadar materi, Robert Kadang mengajak langsung para peserta untuk praktik menulis berita. Jurnalis dituntut untuk mengambil sudut pandang 'menarik' dari sebuah berita. Penulisan judul, lead, dan isi berita merupakan kombinasi yang wajib diperhatikan.
Adapun pemateri kedua, Sofa Nurdiyanti menyampaikan terkait kode etik jurnalistik dan editing. Kode etik jurnalistik dan editing merupakan tahap akhir yang tidak boleh dilewatkan oleh jurnalis. Pemberitaan yang tidak berdasar kode etik tentu akan 'menyelamatkan' jurnalis. Jurnalis selamat dari penulisan hoax yang berujung fitnah bagi narasumber yang tidak bersalah.
Baca Juga: Jadi Tersangka, Firli Bahuri Tetap Terima Gaji 75 Persen
Terakhir, editing akan memudahkan pembaca memahami makna berita dengan jelas. Fransiscus Go juga berharap dengan adanya pelatihan jurnalistik, para jurnalis milineal memiliki kemampuan mumpuni. Jurnalis milenial kompeten dalam menulis, paham kode etik jurnalistik, dan bisa melakukan editing sehingga mereka mampu beradaptasi dan bersaing pada era digital.(*)