Universitas Yarsi Optimalkan Penelitian Genomik

Photo Author
- Senin, 20 Mei 2024 | 23:35 WIB
ilmuwan saat bekerja di laboratorium (freepik)
ilmuwan saat bekerja di laboratorium (freepik)


Krjogja.com Jakarta Rektor Universitas Yarsi Fasli Jalal, pada acara The 1st International Symposium nad Workshop Medical Genetic Update: From Genomics to Clinic, di Universitas Yarsi Jakarta, Jumat (17/5/2024) mengatakan gunaewujudkan data kesehatan berkualitas Universitas Yarsi terus mengoptimalkan penelitian genomik.

Fasli menjelaskan dengan memetakan dan mengidentifikasi seluruh asam deoksiribonukleat atau DNA. Ini dilakukan demi mewujudkan data kesehatan berkualitas.

Baca Juga: Jangan Asal Nyelonong, Berikut Tips Aman Berkendara Melewati Persimpangan Ala Honda Istimewa

Riset genomik dibutuhkan untuk mengetahui penyakit lebih awal. Sehingga, lanjut dia, dapat mencegah potensi penyakit.

"Genomik memiliki potensi untuk membuka pengkodean terpisah dalam DNA dan memiliki kunci untuk mengatasi berbagai tantangan paling mendesak yang dihadapi umat manusia. Mulai dari mendeteksi penyakit hingga pengobatan," kata Fasli.

Baca Juga: Antusias Ikuti Pembukaan World Water Forum, Menteri AHY Jalan Kaki

Kini Universitas Yarsi, memiliki sejumlah laboratorium genomik dengan sekitar 30 orang ahli di tingkat biomedis. Di mana sebagian besar para ahli itu lulusan dari Amerika Serikat, Jepang, Eropa maupun Australia.

"Sejak tahun 2005 dengan ditemukannya alat-alat yang lebih mutakhir bisa melakukan sekuensing seluruh genom manusia. Oleh karena itu, penelitian dan pelayanan kesehatan berkembang berbasis pada pola genom seseorang," ujarnya.

Genomik berbeda dengan genetik. Hal itu karena genetik hanya membahas penyakit kromosomal dan gangguan gen tunggal (pewarisan Mendel).

"Sedangkan genomik membahas seluruh genom manusia. Sehingga mengamati genom seseorang secara individual," katanya, menerangkan.

Menurutnya, di era genomik saat ini perawatan dan pengobatan suatu penyakit termasuk kanker mulai mempertimbangkan pola DNA seseorang yang diberikan secara individual. "Untuk penyakit yang sama mungkin akan diberikan obat yang tidak sama sehingga memberikan istilah one size does not fit for all," ucapnya.

Meski demikian, terdapat tiga tantangan yang dihadapi dalam penelitian genomik. Di antaranya, ketersediaan alat, jumlah ahli, dan biaya operasional.

"Alat-alat untuk riset genomik saat ini masih terbilang mahal. Bahkan, biaya perbaikan bisa mencapai miliaran rupiah dan butuh waktu cukup lama untuk pemasangan," katanya, mengungkapkan.

Selain itu Univertas Yarsi memiliki alat yang dapat digunakan dengan minimal 300 sample. Namun, penggunaannya untuk sekali pengoperasian dapat menelan biaya Rp300 juta.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X