Kritik Praktisi Pariwisata
Fenomena kleleran atau dalam ungkapan lain lontang-lantung, yang dialami sebagian warga Karimun Jawa lantaran tidak memiliki pekerjaan jelas pascapenutupan paksa tambak udang, mengundang kritik pedas dari seorang praktisi bidang pariwisata senior alumni Sastra Perancis Universitas Indonesia (UI) Sunarto (62).
Pria yang sudah puluhan tahun malang melintas di dunia pariwisata dan kini berkecimpung di bisnis turisme bahari itu memaparkan, langkah pemerintah lokal di Karimun Jawa yang ingin mengubah haluan ekonomi daerah dari sektor budidaya udang ke sektor wisata maritim berlangsung dengan sangat sembrono dan dilakukan tanpa perhitungan cermat.
Menurut Sunarto yang kini bermukim di Ubud, Bali, Pemerintah Kabupatan Jepara, Balai Taman Nasional Karimun Jawa, bahkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, seharusnya mempersiapkan terlebih dahulu perubahan yang bakal dialami oleh warga Karimun Jawa. Di antaranya, dengan memberi bekal ketrampilan di sektor utama yang hendak digalakkan, yakni sektor wisata maritim.
Baca Juga: Wapres Saulos Chilima Wafat dalam Kecelakaan Pesawat, Malawi Berkabung 21 Hari
“Kebiasaan warga usia produktif yang biasa bekerja di sektor tambak butuh adaptasi dengan pendidikan ketrampilan yang cukup untuk dialihkan ke sektor wisata. Hal ini sama sekali tidak terlihat dilakukan, sehingga berpotensi sektor wisata bahari di Karimun Jawa pun kelak dikuasai oleh para pekerja yang berasal dari luar Karimun Jawa. Ini tidak benar sama sekali,” tandas Sunarto.
Sunarto memaparkan, kemampuan dan niat baik Pemkab Jepara dalam melakukan pendekatan dan sosialisasi tentang kegiatan pariwisata serta pemberian bekal keterampilan khusus kepada warga Karimun Jawa, akan menjadi penentu sukses atau tidaknya proses peralihan sumber daya ekonomi dari budidaya tambak ke sektor wisata bahari. Lebih jauh Sunarto menggambarkan, jenis pekerjaan wisata maritim lazimnya adalah snorkeling, diving, menjejaki biota laut langka seperti ikan hiu dan manta.
Pekerjaan sejenis itu, menurut Sunarto, tidak mungkin bisa dikuasai warga dalam waktu singkat, tanpa didahului oleh adanya bimbingan dan pelatihan. “Sebaliknya, jika sektor wisata bahari benar-benar terwujud di Karimun Jawa, dan tenaga kerjanya diisi oleh pendatang, maka hal itu justru berpotensi memicu kerawanan sosial di kemudian hari.” pungkasnya.
Baca Juga: Pertamina Untung Rp 72,7 Triliun sepanjang 2023
Keberadaan budidaya udang terbukti telah memberi jaminan ketersediaan lapangan kerja bagi warga lokal. Perlu dipertimbangkan adanya masa transisi, sehingga perubahan tidak dilakukan secara serta-merta.(ati)