Narasi Empatik Manjadi Kunci Keberhasilan Gerakan Lingkungan dan Sosial di Indonesia

Photo Author
- Rabu, 4 Juni 2025 | 11:59 WIB
(Istimewa)
(Istimewa)

KRjogja.com- JAKARTA - Narasi empatik diyakini menjadi kunci keberhasilan gerakan sosial dan lingkungan. Hal ini terungkap dalam kegiatan ‘Cerita untuk Cipta: Dari Narasi Menjadi Aksi’ yang diselenggarakan oleh Purpose Indonesia di Jakarta, Selasa (3/6/2025).

Acara ini menghadirkan berbagai sesi talkshow dan diskusi panel bertema komunikasi publik dan strategi digital, pameran, dan pertunjukan seni.

Hal ini menunjukkan inisiatif Purpose bersama para kolaborator selama lima tahun terakhir untuk mendorong aksi komunitas dan pembangunan narasi sebagai alat perubahan.

Yanuar Nugroho, pendiri dan penasihat NALAR Institute dan Centre for Innovation Policy & Governance (CIPG) mengungkapkan, saat ini pendekatan populisme cenderung menjadi cara penyelesaian masalah publik.

Baca Juga: Dukung Pemerataan Nakes, D4 MIK STIKes Akbidyo Prioritaskan Pemegang Kartu UTBK 2025

“Ini membuat persoalan kompleks disederhanakan menjadi sentimental dan emosional,” jelasnya.

Menurutnya, hal ini menimbulkan kondisi disonansi kognitif atau tekanan psikologis ketika sejumlah informasi tidak konsisten satu sama lain.

“Narasi empatik dapat mengatasi situasi ini. Komunikasi yang efektif harus menyentuh sisi emosional, bukan hanya rasional,” kata Yanuar yang juga dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta serta Visiting Senior Fellow, ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura dan University of Manchester, Inggris.

Pemimpin Umum Project Multatuli, Evi Mariani enyebutkan ada situasi yang tidak seimbang dalam ekosistem informasi publik.

“Ada banjir informasi namun di lain sisi ada kekeringan dari isu-isu yang diabaikan dan suara-suara yang tidak didengar,” kata Evi.

Baca Juga: KAI Bandara YIA Catat Peningkatan Jumlah Penumpang pada Mei 2025

Dia menjelaskan, isu lingkungan menjadi isu yang berisiko tinggi untuk disuarakan karena terkait dengan kepentingan-kepentingan oligarki politik yang didukung oleh pendengung yang membanjiri ekosistem informasi.

“Ini jadi tantangan bagi jurnalis, social campaigner, dan content creator untuk menyuarakan suara yang diabaikan dan isu-isu yang tidak didengar,” jelasnya.

Ia menyatakan perlunya memetakan siapa saja yang bisa berkolaborasi secara strategis.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X