Krjogja.com - JAKARTA - Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamendukbangga)/Kepala BKKBN Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka di Jakarta,(26/6/2025) mengatakan, orangtua harus menjadi navigator yang mengarahkan anak saat bermain gawai.
Untuk menghadapi tantangan pengasuhan remaja di era digital yang kian kompleks, Isyana menyampaikan bahwa keluarga sebagai lingkungan utama pembentukan karakter anak dituntut terus bertransformasi.
"Kita tidak hanya bersaing dengan waktu atau pekerjaan dalam mendampingi anak, tetapi juga bersaing dengan gawai. Orang tua tidak boleh hanya menjadi penonton, kita harus menjadi navigator," katanya.
Kehadiran emosional orang tua sangat penting dalam mendampingi tumbuh kembang remaja, utamanya di tengah derasnya arus digitalisasi.
"Pertanyaannya, apakah kita sebagai orang tua masih menjadi tempat pulang yang paling nyaman bagi anak-anak kita? Apakah kita hadir secara emosional, bukan hanya fisik?" ujar dia.
Baca Juga: Empat Perangkat Desa Sikapat Dilantik, Pemkab Pastikan Proses P3D Sesuai Prosedur
Isyana juga mengutip buku The Anxious Generation karya Jonathan Haidt, yang di dalamnya menyoroti dampak media sosial dan gim daring terhadap kesehatan mental remaja. Remaja perempuan, disebut lebih rentan terhadap gangguan kecemasan dan citra tubuh akibat konsumsi media sosial yang berlebihan.
"Sementara remaja laki-laki menghadapi tantangan berupa ketergantungan gim daring yang mengganggu fokus dan kehidupan sosial nyata," ucapnya.
Saat ini, lanjut Isyana, pemerintah telah merespons tantangan tersebut dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP TUNAS) yang menekankan pentingnya literasi digital dan ruang digital yang aman bagi anak-anak.
Ia menegaskan, orang tua perlu membangun komunikasi yang lebih terbuka dengan anak untuk menghindari kecanduan gawai.
"Saya percaya bahwa melalui keterbukaan, ketulusan, dan kolaborasi antargenerasi, kita bisa membangun rumah yang hangat. Bukan hanya tempat tinggal, melainkan tempat untuk pulang," tuturnya.
Sementara itu, pakar ilmu keluarga dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Institut Pertanian Bogor Yulina Eva Riany mengemukakan pentingnya komunikasi positif antara orang tua dan remaja di tengah derasnya arus informasi era digital.
Ia mengutip salah satu teori perkembangan psikososial Erik Erikson, yang menjelaskan bahwa masa remaja terbagi dalam beberapa tahap. Mulai dari pre-teens (usia 10–12 tahun), remaja awal (13–15 tahun), remaja madya (15–18 tahun), hingga remaja akhir (18–21 tahun).