Ia membedakan jelas antara jurnalisme profesional dan konten kreator. “Di media sosial, konfirmasi dan akurasi sering diabaikan. Inilah yang membuat akurasi mengalami krisis. Jurnalisme profesional hadir untuk meluruskan kekacauan informasi,” jelasnya.
Persatuan Jadi Kunci
Nezar menilai, Kongres Persatuan PWI adalah momentum penting untuk mengonsolidasikan kembali kekuatan organisasi.
“Persatuan bukan hanya untuk PWI, tapi untuk seluruh ekosistem pers Indonesia. Dengan bersatu, kita bisa menghadapi tantangan besar, termasuk disrupsi informasi akibat media sosial,” katanya.
Ia menambahkan, Kementerian Komdigi siap memberikan dukungan penuh agar PWI terus relevan. “PWI memiliki nilai sejarah besar, ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan, serta meletakkan dasar-dasar jurnalisme nasional. Kini saatnya menatap ke depan, memperkuat solidaritas, dan menjaga semangat kebersamaan,” ujarnya.
Kongres Persatuan PWI tidak hanya menjadi ajang pemilihan pimpinan, tetapi juga wadah untuk menyusun visi organisasi menghadapi tantangan baru. Di tengah krisis akurasi informasi dan maraknya disinformasi, PWI dituntut tampil sebagai benteng jurnalisme berkualitas. (*)