KRJogja.com - Musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk pada Senin (29/9) pukul 15.00 WIB.
Bangunan berlantai tiga yang masih dalam tahap pembangunan itu roboh ketika sedang digunakan para santri untuk menunaikan salat Asar.
Tim SAR segera dikerahkan untuk mengevakuasi korban yang tertimpa reruntuhan. Belasan ambulans juga disiagakan di lokasi guna mempercepat penanganan para santri yang mengalami luka.
Berikut adalah sederet fakta bangunan pondok pesantren ambruk di Sidoarjo dari mulai kronologi hingga dugaan penyebabnya.
- Kronologi kejadian
Wahid, salah seorang santri yang selamat, menuturkan bahwa saat peristiwa terjadi ratusan santri tengah melaksanakan salat berjemaah.
"Masuk rakaat kedua bagian ujung musala ambruk, lalu merembet ke bagian lain gedung," ungkap Wahid.
Santri lain bernama Muhammad Rijalul Qoib (13) mengaku mendengar suara retakan dari bagian atas musala sebelum bangunan runtuh.
"Dengar suara seperti material jatuh retak-retak tambah lama tambah keras akhirnya jatuh [ambruk]," katanya.
Ia mengaku berhasil menyelamatkan diri dan mengajak santri lain untuk segera mengevakuasi diri. Dari pengakuannya, para santri yang sedang melaksanakan shalat berjamaah tersebut berjumlah lebih dari 100 orang.
- Tiga santri meninggal dan puluhan lainnya luka-luka
Berdasarkan pendataan, tiga santri meninggal dunia, yakni Sefian Ibrahim, Mochammad Mashudulhaq, dan Muhammad Soleh.
Sementara itu, total 86 orang lainnya mengalami luka dengan rincian 38 korban dirawat di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, empat orang di RS Delta Surya, serta 45 lainnya di RS Islam Siti Hajar.
Direktur RSUD R.T. Notopuro, dr. Atok Irawan, menjelaskan bahwa dari 38 pasien yang dirawat di rumah sakitnya, 27 menjalani rawat jalan, lima orang opname, dua menjalani operasi, satu dalam observasi cedera otak ringan, dan satu pasien harus menjalani amputasi lengan kiri.
- Evakuasi korban dinilai berisiko
Wakil Gubernur Emil mengatakan bahwa evakuasi korban dinilai sangat berisiko. Hal ini lantaran, bangunan asrama itu masih dalam tahap renovasi, sehingga strukturnya tidak stabil.
“Ini berisiko karena bangunannya masih tidak,” kata dia.