Tak heran, sesi yang dipandunya menjadi salah satu bagian paling hidup dalam workshop tersebut.
“Cara beliau menjelaskan ringan, tapi mengena banget. Saya jadi lebih paham arti bela negara di zaman sekarang,” ungkap Rani, salah satu peserta yang juga mahasiswa hukum.
Selain Elizabeth Runtu, workshop ini juga menghadirkan narasumber lain seperti Ketua Bawaslu Sulut Dr. Ardiles Mewoh dan Kapolresta Manado, dengan Evan Runtukahu sebagai moderator.
Diskusi berlanjut dinamis, mengupas dari berbagai perspektif — mulai dari hukum, sosial, hingga keamanan nasional.
Namun bagi banyak peserta, sesi bersama Elizabeth meninggalkan kesan tersendiri. Ia membuktikan bahwa bela negara bisa disuarakan dengan cara yang berbeda: lewat kata, karya, dan nada.
Dari penyanyi menjadi penggerak, dari panggung musik ke podium kebangsaan — Elizabeth Runtu membuktikan bahwa cinta Tanah Air bisa dinyanyikan dalam banyak bentuk.
Ia mengajak generasi muda untuk tidak sekadar bangga menjadi Indonesia, tapi juga berani menjaga dan membangunnya.
“Menjadi pahlawan di zaman sekarang tak harus berperang. Cukup dengan berbuat baik, berkarya, dan menjaga nilai-nilai bangsa. Itulah bela negara yang sesungguhnya,” tutupnya — dan ruangan pun bergemuruh tepuk tangan panjang. (*)