Penguatan Literasi Ekonomi Syariah Hadapi Tantangan, BI Diminta Gandeng Jurnalis - Akademisi

Photo Author
- Minggu, 16 November 2025 | 12:35 WIB
 Training of Trainer (ToT) Ekonomi Syariah di Jakarta (Ist)
Training of Trainer (ToT) Ekonomi Syariah di Jakarta (Ist)

Krjogja.com - JAKARTA - Penguatan literasi ekonomi syariah di era digital menghadapi sejumlah tantangan yang tak ringan. Perlu strategi dan perencanaan yang matang agar kampanye ekonomi syariah berhasil serta diterima masyarakat.

Hal itu dikatakan oleh praktisi komunikasi yang juga pegiat literasi ekonomi syariah Erwin Dariyanto, dalam Training of Trainer (ToT) Ekonomi Syariah yang digelar oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan Forum Jurnalis Wakaf dan Zakat Indonesia (Forjukafi). ToT digelar selama dua hari sejak Jumat (14/11) hingga Sabtu (15/11) di Hotel Sari Pacific Jakarta.

Baca Juga: Tekan Kematian akibat Serangan Jantung, RSUD Cilacap Hadirkan Cath Lab

Salah satu medium yang bisa digunakan untuk mengkampanyekan ekonomi syariah adalah melalui media massa. Namun di era digital seperti saat ini kampanye di media massa memiliki setidaknya dua tantangan yakni rendahnya minat baca dan perubahan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi informasi.

Dua tantangan ini, menurut Erwin harus disikapi dengan serius. Menghadapi rendahnya minat baca masyarakat misalnya, harus disikapi dengan membuat artikel-artikel ringan yang menarik.

"Masyarakat suka dengan berita berita ringan, menarik dan inspiratif. Mereka tidak suka dengan berita dengan bahasa, katakanlah terlalu tinggi yang sulit dipahami," kata Erwin yang juga Managing Editor detik.com ini.

Baca Juga: Kena Sentil Netizen Gegara Batiknya Itu-itu Aja, Purbaya Langsung Order Batik Anyar dari UMKM Jogja

Bank Indonesia, serta kementerian dan lembaga yang terkait dengan literasi ekonomi syariah harus berkolaborasi dengan para jurnalis dan praktisi komunikasi. Hal ini penting karena banyak istilah istilah dalam ekomomi syariah yang masih sulit dipahami masyarakat awam.

Menurut Erwin banyak istilah ekonomi syariah hanya bisa dipahami oleh para akademisi, praktisi dan pelaku industri syariah. Padahal kampanye ekonomi syariah harus menyasar semua pihak hingga level masyarakat umum.

"BI (Bank Indonesia) bersama kementerian dan lembaga terkait ekonomi syariah harus duduk bareng dengan jurnalis, praktisi dan akademisi untuk merumuskan kampanye ekonomi syariah dengan bahasa ringan yang mudah dipahami masyarakat," papar Erwin yang juga salah satu Ketua Departemen di Forjukafi ini.

Selain dengan judul ringan, menarik, dan bahasa mudah dipahami, Erwin melanjutkan, artikel ekonomi syariah bisa dilengkapi dengan infografis, tabel, foto juga video. Visualisasi artikel bisa mengatasi masalah rendahnya minat baca masyarakat.

"Orang yang awalnya gak tertarik (membaca) namun karena fotonya menarik, infografisnya bagus, ada video jadi tertarik untuk membaca," jelas Erwin.

Sementara menghadapi tantangan perubahan perilaku masyarakat dalam mendapatkan informasi harus disikapi dengan inovasi, dan adaptasi. Di era digital saat ini masyarakat lebih banyak menerima informasi dari media sosial.

Kampanye ekonomi syariah harus dilakukan menggunakan semua platform yang sedang trend di masyarakat. "Apakah itu YouTube, Twitter, Instagram, Tiktok atau Facebook," kata Erwin.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X