KRjogja.com - ACEH - Perguruan tinggi harus mampu memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat. Hal inilah yang saat ini sedang digelorakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui program Kampus Berdampak atau Diktisaintek Berdampak.
Salah satu aksi nyata yang baru-baru ini dilakukan oleh Kemdiktisaintek ialah mengonsolidasikan Posko 28 Perguruan Tinggi dan 11 Perguruan Tinggi Pendukung dalam Program Pengabdian kepada Masyarakat Tanggap Darurat Bencana.
Untuk tanggap darurat di Aceh, Kemdiktisaintek telah menghadirkan bantuan mulai dari tenaga medis, dapur umum, hingga air bersih. Salah satu kampus yang hadir adalah Universitas Syiah Kuala (USK), yang telah memberikan dukungan lapangan dengan mengirimkan empat surveyor, dari Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) ke Kabupaten Pidie Jaya. Tim ini ditugaskan mendukung pendirian Posko Satgas dan melakukan survei cepat kebutuhan masyarakat di wilayah terdampak.
USK juga mengerahkan 15 dokter residen dari berbagai spesialisasi untuk memperkuat layanan medis. Dukungan ini dikoordinasikan melalui Satgas Senyar USK, yang saat ini telah membuka pusat layanan informasi dan penggalangan bantuan terpusat melalui Rumah Amal USK.
Kekuatan Kemanusiaan
Sebelumnya, sejak 28 November 2025 Tim Medis Fakultas Kedokteran USK, menjadi tim pertama yang tiba dan mengambil alih operasional layanan darurat di RSUD Meureudu–Pidie Jaya setelah Cyclone Senyar melanda sejumlah wilayah Aceh. Tim yang dipimpin oleh dr. Meilya Silvalila tersebur diberangkatkan pada 28 November 2025 dan dilepas langsung oleh Rektor USK dalam misi emergency response fase kritis.
Sejak hari pertama, advance team ini langsung menata alur triase, memperkuat instalasi gawat darurat, dan menjalankan operasional rumah sakit dalam mode darurat penuh untuk menstabilkan akses layanan kesehatan akibat lonjakan pasien korban banjir dan longsor. Tenaga medis yang dikerahkan terdiri atas disiplin Bedah, Anak, Anestesi, Ilmu Penyakit Dalam, dan Ortopedi.
Seiring meningkatnya kebutuhan layanan, gelombang kedua Tim Satgas (Tim B) diberangkatkan pada 29 November 2025 dan disusul gelombang ketiga pada 30 November 2025 untuk menjaga sistem kerja shift dan mencegah kelelahan relawan. Hingga hari ini, total tenaga medis USK yang bertugas di Pidie Jaya telah mendekati 100 orang.
Hingga hari ini, tercatat 642 warga telah mendapatkan perawatan. Ketua Satgas, Syamsidik menegaskan bahwa kehadiran USK pada fase awal darurat merupakan bentuk komitmen kampus terhadap kemanusiaan.
Selain USK, upaya tanggap darurat lainnya juga telah dilakukan melalui pendistribusian bantuan oleh Universitas Teuku Umar (UTU). Dukungan ini merupakan tindak lanjut koordinasi Kemdiktisaintek terkait penanggulangan bencana dan pemulihan pascakrisis, yang melibatkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti), dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) setempat.
Distribusi bantuan dipimpin langsung oleh Rektor UTU, Ishak Hasan bersama tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta mahasiswa. Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan dukungan dapat tersalurkan sesuai prioritas kebutuhan masyarakat terdampak.
Penyaluran bantuan mencakup beberapa titik terdampak, antara lain Kecamatan Woyla dan Pante Ceureumen di Kabupaten Aceh Barat, serta Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang di Kabupaten Nagan Raya, yang hingga saat ini masih menjadi lokasi prioritas karena belum sepenuhnya menerima dukungan bantuan.
Kemdiktisaintek juga mencatat bahwa sejumlah perguruan tinggi lain di Sumatra turut melakukan aksi kemanusiaan serupa, mulai dari penggalangan donasi, penyediaan relawan, layanan kesehatan, hingga pendampingan psikososial.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, menegaskan bahwa perguruan tinggi bukan hanya pusat ilmu pengetahuan, namun juga kekuatan kemanusiaan. Dalam situasi darurat seperti yang terjadi di Sumatra, kehadiran akademisi, peneliti, dan mahasiswa di lapangan menjadi wujud nyata bahwa ilmu, teknologi, dan inovasi harus bekerja untuk masyarakat.