Diakuinya bahwa, meski sudah ada putsuan dari MK terkait sengketa Pilpres dan ketetapan pemenang Pilpres namun di media sosial masih saja timbul ujaran-ujaran kebencian dan provokasi, meski tidak sebanyak saat sebelum siding putusan MK tersebut. Untuk itu usai penetapan pemenang Pilpres oleh KPU tersebut dirinya meminta kepada masyarakat para pengguna media sosial untuk bisa lebih bijak dalam menyampaikan ucapannya di media sosial terkait perbedaan pandangan dan pilihan tersebut.
“Dalam konteks Pilpres musuh bersama kita itu bukan lagi 01 atau 02 adalah lawan. Musuh bersama kita sekarang ini adalah intoleransi, hete speech (ujaran kebencian) dan juga sikap fanatik yang berlebihan. Tentunya itu yang harus kita lawan bersama guna membangun kebersamaan dan persatuan,†kata pria yang juga peneliti senior di Pusat Kajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta ini. Â
Dikatakannya, dalam konteks medsos sendiri, masih banyak pertentangan itu muncul akibat informasi berita yang tidak benar (hoax). Hal itulah yang kemudian menjadi Trigger untuk munculnya persengketaan. Oleh karenanya dirinya ingin menitipkan hal penting bagi para pengguna media social. Pertama, ketika menerima informasi apapun itu tentunya harus dicari sumber yang paling otoritatif nya ataucari sumber primer.
“Termasuk dalam konteks pilpres yang sekarang ini ataupun isu-isu keagamaan yang mutakhir lah yang banyak. Itu harus dicari sumber informasi atau sumber primernya yang otoritatif . Jangan hanya mengandalkan forward misalnya dari pesan WhatsApp grup dan sebagainya,†katanya..
Kemudian yang kedua menurutnya, setelah kita mengetahui tahu sumber otoritatif sumber primernya, tentunya kita  juga harus mencari konteks dari informasi atau berita yang kita terima tersebut.  “Kalau dua hal itu kita praktekkan dalam bermedia social, sebetulnya aman itu isu tentang Cina, isu tentang mobilisasi akan orang asing, isu tentang hutang-hutang dan segala macamnya. Itu tentu ada konteksnya, bukan berarti faktanya tidak ada. Contonya, iya ada hutangnya. tapi konteksnya apa sih sebetulnya? Ini yang harus kita pahami,†ucapnya.