Krjogja.com - JAKARTA - Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tinggal sebentar lagi. Mengingat menjadi momentum besar bangsa, maka setiap warga negara Indonesia dapat menggunakan suaranya sebagai wujud tanggungjawab.
Termasuk juga bagi warga nahdliyin (Nahdlatul Umat-NU), agar tidak golput. "Jangan golput (golongan putih)," kata Ketua PBNU, Prof. Dr. K.H. Mohammad Mukri, M.Ag, Selasa (13/2) di Jakarta.
Menurut Prof Mukri, Tuhan tidak pernah abai atas hamba-hamba-Nya agar selalu mudah menemukan jalan-jalan menuju kebaikan. Tuhan tidak saja memerintahkan pentingnya berbuat baik agar kehidupan jadi baik, kata eks Rektor UIN Raden Inten Lampung ini, tapi juga memberi tuntunan dan fasilitas agar para hamba-Nya dapat berbuat baik seperti yang Dia perintahkan.
Baca Juga: Kata Istana Soal Jokowi Minta Sultan HB X Jembatani Bertemu Megawati
Oleh sebab itu, Ketua PBNU Bidang Pendidikan, Hukum dan Media ini mengatakan bahwa menyalurkan hak suara untuk memilih para kandidat pada Pemilu merupakan pintu terciptanya kebajikan. Oleh karenanya, ia mengajak seluruh pemilik suara untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu yang akan digelar pada 14 Februari 2024.
“Jangan Golput. Dengan memilih pada Pemilu, kita sedang menyemai nilai-nilai kebaikan dan itu menjadi pintu untuk terselenggaranya kebaikan dan kemaslahatan bagi kita semua,” katanya tentang pentingnya mewujudkan kemaslahatan melalui Pemilu.
Dengan partisipasi aktif dalam mewujudkan Pemilu yang bermartabat, lanjut Rektor UNU Blitar Jawa Timur ini, maka pemilik hak suara juga sedang menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Bukan sekadar demokrasi dalam bentuk proseduralnya, ujar Prof Mukri, tapi juga secara substansial yang mampu menunjukkan proses dan hasil berkualitas dari Pemilu.
Baca Juga: Mengenal Konsep Rumah Baru Ganjar Pranowo di Jogja, Viewnya Langsung Sawah
“Dunia sedang menonton Indonesia. Pemilu saat ini akan mencerminkan dan memberikan image (perwajahan) Indonesia di mata dunia. Kalau hasilnya baik, maka posisi Indonesia juga akan semakin baik di mata dunia. Ini yang perlu kita sadari,” kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung ini.
Selain menyalurkan hak pilihnya, warga masyarakat juga berkewajiban untuk menciptakan kondisi yang kondusif saat Pemilu dan masa setelah Pemilu. Apapun hasil yang telah ditetapkan oleh penyelenggara Pemilu beserta pihak-pihak terkait harus diterima dan diakui sebagai sebuah proses demokrasi yang beradab.
“Tidak mungkin semuanya menang. Karena setiap kompetisi harus ada yang menang dan ada juga yang kalah. Semua ini bisa menjadi proses pendewasaan bangsa Indonesia yang sepakat mengusung nilai-nilai demokrasi,” katanya. Perbedaan pilihan dalam demokrasi lanjutnya menjadi sebuah keniscayaan.
Baca Juga: Gibran Hadiri Pengajian Gus Iqdam, Markas ST Nyell Ingin disambangi Presiden Jokowi
Dengan melewati proses keragaman dalam pilihan ini juga sekaligus mampu menjadi sebuah proses pendewasaan untuk memahami dan membiasakan diri dalam perbedaan. “Elok dan indahnya Indonesia karena adanya keragaman yang sudah menjadi sunnatullah. Maka Bhinneka Tunggal Ika menjadi prinsip warisan leluhur yang harus dipegang erat,” ajaknya.
Terlebih ia menyebut bahwa gen yang telah diwariskan oleh leluhur bangsa Indonesia adalah gen moderat dan toleran. Gen ini yang sudah terbukti oleh sejarah mampu menyatukan bangsa Indonesia sampai dengan saat ini. “Gen saling menghormati perbedaan pilihan ini yang harus dipegang kuat,” katanya.