Abi menyebut, Subak dalam dua tahun terakhir punya beberapa catatan merah dari UNESCO karena hilangnya lahan dan sebagainya. Kerisauan pemerintah bukan saja terkait hal tersebut, namun bagaimana mempertahankan filosofi di dalam Subak tersebut.
"Subak itu tetap akan ada, karena menjadi bagian dari hidup warga Bali. Masih banyak yang merasa takut hatinya untuk menjual tanah karena percaya tanah itu dari leluhur. Ini yang membuat Subak akan tetap ada, meski untuk mempertahankan membutuhkan banyak daya upaya dari seluruh pihak," lanjutnya.
DIY sendiri sudah memiliki Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi yang berada di bawah Dinas Kebudayaan DIY. Diharapkan balai ini bisa mengorkestrasi tujuh rekomendasi UNESCO pada Sumbu Filosofi sehingga membawa manfaat menyeluruh pada masyarakat. (Fxh)