nasional

Pengangguran tidak Terantisipasi Pascapenutupan Tambak Udang di Karimun Jawa

Jumat, 14 Juni 2024 | 15:02 WIB
LAPANGAN KERJA: Di Karimun Jawa, saat tambak udang masih beroperasi, pekerjaan memanen udang dengan cara menjaring yang dilakukan secara berkelompok menghasilkan upah setidaknya sebesar Rp860 ribu unt (dok: Masyarakat Akuakultur Indonesia/MAI)


Krjogja.com - Jepara - Setelah lebih setahun operasional tambak udang di Karimun Jawa dihentikan secara paksa oleh penyidik Penegakkan Hukum (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pengaruh sosial-ekonomi sebagai dampak ikutan mulai terasa. Ratusan warga setempat yang selama ini bekerja dan menggantungkan kehidupan di sektor tambak udang, khususnya di Desa Kemujan dan Desa Karimun Jawa, kini terlihat kleleran atau kesulitan untuk mendapatkan sumber pendapatan baru yang bisa menjamin kelangsungan hidup mereka dan keluarganya.

Demikian kesimpulan yang bisa ditarik dari percakapan media dengan sejumlah warga Desa Kemujan dan Desa Karimun Jawa, di Kecamatan Karimun Jawa, Jepara, Jateng, pada Jumat (14/6/2024). Diketahui, lokasi sebanyak 33 tambak udang existing yang kini ditutup secara paksa aparat Gakkum KLHK memang terssebar di kedua desa tersebut.

Rikan, warga asli Dusun Mrican Desa Kemujan, Karimun Jawa, menegaskan bahwa selama tambak-tambak udang beroperasi, baik yang bersifat tradisional maupun semi intensif, warga Karimun Jawa tidak pernah mengalami kesulitan ekonomi sebagaimana yang mereka alami saat ini. Pria kelahiran tahun 1971 itu bahkan berani memastikan, ketika tambak udang masih ada, tidak ada warga Dusun Mrican yang menganggur.

Baca Juga: Prediksi Skor Argentina vs Guatemala di Laga Persahabatan Jelang Copa America 2024 : Head to head dan Line Up

Aalkan mau bekerja keras, tambak udang memang menyediakan berbagai jenis pekerjaan yang bisa dikuasai oleh siapa saja tanpa perlu mengenyam pendidikan khusus. Mulai sopir angkutan udang menuju ke pengepul, penebar benih, penebar pakan, pemanen, penyortir udang, bagian penimbangan, pengepakan, teknisi genset, dan masih banyak lagi jenis pekerjaan lainnya.

Menurut perkiraan Rikan, ada 400 orang lebih warga Karimun Jawa yang bekerja dalam pola yang menetap di lokasi tambak. Sedangkan ribuan warga lainnya, merupakan pekerja yang bersifat tidak langsung namun memiliki kontribusi terhadap kelangsungan tambak. Semisal, para pedagang keliling dan warung makan di sekitar lokasi tambak, tukang ojek, ataupun jenis pekerjaan lain yang masih terhubungan dengan aktivitas tambak udang.

“Setelah tambak tutup, dampaknya sangat luar biasa. Kehidupan menjadi luar biasa sulit. Sebagian dari mereka mencoba terjun ke laut ikut kapal nelayan untuk berburu cumi, tapi terkendala angin barat dan keahlian yang kurang bagus. Ada yang coba-coba membantu petani rumput laut, ngojek, jadi kuli bangunan, pokoknya kerja apapun asalkan bisa dapat uang untuk menghidupi keluarga mereka. Banyak juga yang memutuskan untuk merantau karena sudah tidak tahan hidup tanpa pendapatan. Kami ini rakyat kecil hanya bisa pasrah saja menerima keadaan,” papar Rikan dengan suara lirih.

Baca Juga: Sosok Mbah Melan Asal Purworejo, Mantan Guru Matematika yang Bikin Deddy Corbuzier Terharu

Warga lain yang bermukin di Desa Karimun Jawa, berinisial S menjelaskan secara lebih rinci perihal bagaimana lokasi tambak udang pernah mampu memberi jaminan pendapatan yang teratur dan cukup besar bagi warga Karimun Jawa. Ketika pemilik tambak melakukan persiapan lokasi untuk penebaran benih, hingga penebaran benih, pemberian pakan dan perawatan, ratusan warga Desa Kemujan dan Desa Karimun Jawa terserap sebagai pekerja harian dengan upah rata-rata Rp150.000/hari.

“Kegembiraan warga Karimun Jawa itu selalu datang saat masa panen tiba. Pekerjaan selama masa panen dilakukan secara borongan dan berkelompok. Ada kelompok penjaring, ada kelompok pemikul, kelompok penyortir, dan kelompok penimbang. Masing-masing kelompok terdiri 6--8 orang, dengan upah bervariasi, tapi jatuhnya tetap lebih besar dibanding harian,” ujar S, mengenang masa-masa kehidupan penuh kemudahan di Karimun Jawa sebelum tambak-tambak ditutup.

Dipaparkan oleh S, upah keompok penjaring udang yang beranggotakan 6--8 orang dipatok sebesar Rp860.000 untuk hasil panen sebanyak satu truk ukuran sedang dengan sekali muat sekitar 35 ton. Sedangkan upah borongan pekerjaan tukang pikul mencapai Rp980.000 untuk satu truk ukuran sama.

Baca Juga: Sosok Mbah Melan Asal Purworejo, Mantan Guru Matematika yang Bikin Deddy Corbuzier Terharu

Sementara itu, S menerangkan, untuk kelompok penyortir dan pengepakan, upahnya mencapai rata-rata Rp1.000.000 untuk satu truknya. “Kalau lokasi tambaknya luas seperti milik Pak Trisno yang kini ditahan, para pekerja ini bisa dapat upah sampai puluhan truk. Tinggal tergantung seberapa kuat tenaganya,” kenangnya.

Bila menilik fenomena angka pengangguran yang dirilis resmi oleh perangkat Desa Karimun Jawa, penuturan Rikan dan seorang warga lain berinisial S itu, bisa dipastikan bukan hanya isapan jempol. Statistik resmi Desa Karimun Jawa melalui website yang dirilis pada tahun 2024 mencatatkan angka pengangguran yang relatif tinggi dan mencemaskan, yakni sebanyak 1.042 orang usia kerja produktif atau sebesar 24.27 persen.

Bila angka pengangguran tersebut ditambahkan dengan kelompok usia kerja yang tercatat berkegiatan hanya mengurus rumah tangga, yakni sebesar 1.009 orang, total usia produktif yang tidak terserap di satu desa itu saja mencapai 2.051 orang atau 47,77 persen. Sayangnya, kondisi angkatan kerja pascapenutupan tambak udang di Desa Kemujan belum bisa diketahui lantaran website resmi perangkat Desa Kemujan tidak menerbitkan data tersebut.

Halaman:

Tags

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB