Latopada menyebutkan bahwa PBNU selalu terbuka terhadap kritik dan masukan, tetapi hal tersebut harus dilakukan secara prosedural dan berdasarkan mekanisme yang telah disepakati bersama.
“NU bukan organisasi yang anti-kritik. Kami selalu mendengarkan aspirasi, tetapi melalui jalur yang benar, bukan dengan cara-cara yang menyesatkan dan merusak,” tegasnya.
Peran Media dalam Menangkal Hoaks
Latopada juga menyerukan kepada media massa, baik cetak maupun digital, untuk turut berperan aktif dalam menangkal penyebaran hoaks. Media, menurutnya, memiliki tanggung jawab besar dalam menyajikan informasi yang akurat dan berimbang, terutama terkait isu-isu yang dapat merusak keutuhan organisasi dan bangsa.
“Media memiliki peran penting dalam memberikan informasi yang benar. Jangan sampai media ikut-ikutan menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya,” kata Latopada.
Pentingnya Verifikasi Informasi
Latopada menutup pernyataannya dengan mengajak masyarakat untuk selalu memverifikasi informasi yang diterima sebelum menyebarkannya. Menurutnya, budaya tabayyun atau klarifikasi harus terus dijaga, terutama dalam situasi di mana hoaks dapat dengan mudah menyebar melalui berbagai platform digital.
“Budayakan tabayyun, cek kebenaran informasi sebelum disebarkan. Jangan sampai kita ikut-ikutan menjadi penyebar hoaks,” pungkasnya.