Krjogja.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menekankan pentingnya kehati-hatian bank-bank milik negara (Himbara) dalam menyalurkan dana pemerintah senilai Rp200 triliun yang telah ditarik dari Bank Indonesia (BI) agar tidak berakhir di tangan konglomerat.
Purbaya menilai optimalisasi dana tersebut perlu difokuskan pada penguatan ekonomi rakyat alih-alih memperkuat konglomerasi besar maupun pelemahan kurs rupiah.
Baca Juga: Wasev Mabes TNI AU Tinjau TMMD ke-126 di Tawangmangu: Bukti Nyata Kemanunggalan TNI dan Rakyat
"Bank yang dikasih yang Rp200 triliun seperti apa? Sebetulnya kita minta ke perbankan, yang minta dana itu jangan Anda kasih ke konglomerat itu. Dan enggak boleh beli dolar, karena kalau enggak rupiahnya akan diperlemah. Tapi yang lain, ya bebas sebetulnya," tutur Purbaya dalam forum Sarasehan 100 Ekonomi di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (28/10).
Ia mengatakan bahwa pemerintah menempatkan dana di perbankan dilakukan untuk memanfaatkan kapasitas lembaga keuangan dalam menyalurkan pembiayaan. Dengan begitu, penyaluran kredit tetap dikelola oleh perbankan tanpa intervensi langsung dari pemerintah.
"Jadi sebetulnya yang saya jalankan adalah memindahkan uang ke sana. Harusnya saya enggak peduli apa-apa. Saya memakai ekspertis dari sistem perbankan untuk menyalurkan dana itu ke perekonomian tanpa intervensi saya sebetulnya, maunya begitu," ungkapnya.
Baca Juga: Kuasa Hukum Christiano : Jaksa Abaikan Fakta Persidangan
Baginya, fungsi sistem perbankan nasional yang optimal akan membuat mekanisme ini berjalan dengan sendirinya. Dana baru yang menghuni perbankan akan mencari jalan menuju proyek-proyek produktif, memacu kredit, dan pada akhirnya memberi manfaat bagi masyarakat luas.
Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah meminta BI menahan penyerapan dana sehingga arus uang di sistem keuangan dapat terus meningkat.
"Saya pesan ke bank sentral, jangan diserap ya dana itu. Jadi uangnya kan sekarang di brankas mereka banyak. Kalau mereka taruh di brankas terus rugi, dia bayar sama saya hampir 4 persen. Dia terpaksa menyalurkan uang itu mungkin pertama di InterBank, di tempat lain, di kredit, akhirnya pasti kredit," ucapnya.
Purbaya menegaskan persaingan antarbank dalam memberikan kredit berimplikasi positif terhadap dunia usaha. Penurunan bunga pinjaman akibat perebutan proyek potensial diikuti dengan turunnya bunga deposito yang akhirnya memacu konsumsi masyarakat.
"Kredit pasti cari yang bagus-bagus, ada proyek-proyek bagus, banknya terbatas berebut. Bunga akan turun. Jadi saya ciptakan mereka untuk berkompetisi di perekonomian, supaya bunga banyak pinjaman. Sekarang udah turun cukup, bunga deposito juga turun sehingga orang yang punya uang banyak enggak sayang lagi naruh uangnya di bank, gue belanjain ya sekarang," terangnya.
Purbaya sebelumnya mengalihkan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun yang semula tersimpan di BI ke lima bank Himbara. Dana itu disebarkan ke Bank Rakyat Indonesia (Rp55 triliun), Bank Negara Indonesia (Rp55 triliun), Bank Mandiri (Rp55 triliun), Bank Tabungan Negara (Rp25 triliun), dan Bank Syariah Indonesia (Rp10 triliun).
Ia mencatat kenaikan uang primer sebesar 13,5 persen pada September 2025 menjadi bukti bahwa kebijakan berjalan di jalur yang benar. Langkah ini menjadi penanda untuk perubahan yang positif, sebab dana pemerintah di BI kini berputar dan memberi dampak pada ekonomi riil. (*)