Gus Zaim mengatakan persaudaraan antar sesama Islam, dengan sesama manusia dan juga satu bangsa, merupakan inti dari ajaran Islam, yang wajib dijalankan secara alami, tanpa rekayasa.
"Inilah Islam, inti dari ajaran lakum dinukum waliyadin agamamu agamamu,agamaku agamaku, silakan laksanakan kegiatan agamamu sesuai dengan keyakinanmu dan kami akan melaksanakan ritual agama kami dengan keyakinan kami, yang penting tidak saling menganggu," kata dia.
Menurut Gus Zaim biasanya pemikiran radikal ataupun intoleran justru muncul jika seseorang tidak memperkuat semangat keberagamaannya dengan ilmu. "Yang radikal-radikal itu ilmunya dangkal, dia ga paham artinya bagaimana beragama," jelas Gus Zaim.
Dia menjelaskan toleransi antar etnis dan agamadi Lasem sudah terjadi sejak dulu, dan generasi sekarang ini hanya meneruskan. Interaksi sosial yang harmonis antar etnis inilah yang menyebabkan Lasem tidak terkena imbas kerusuhan rasial yang terjadi di Solo Jawa Tengah pada 1980 dan 1998 lalu.Pernyataan Gus Zaim, diamini oleh Kristianto atau yang biasa disapa Pak Semar yamg juga sebagai ketua RT Di Desa Karangturi,Lasem dan merupakan merupakan WNI keturunan Cina.
"Ya tidak ada perbedaan sama sekali, kita rukun dan saling membantu, prinsip saya ya pengen bantu juga, yang punya kerja siapapun ya saya bantu, saya pun dibantu oleh mereka (para santri)," jelas Pak Semar ( Kristianto). Menurut berbagai catatan, para pendatang dari negeri Cina tiba ke Lasem sebagai pedagang pada abad ke 15, ketika jaman penjajahan Belanda. Mereka berbaur dengan penduduk setempat yang beretnis jawa dan bahkan melahirkan satu motif batik yang khas Lasem.
Akulturasi budaya dalam batik
Tangan-tangan milik ibu-ibu karyawan pengrajin batik di salah satu sentra batik tulis Lasem dengan cepat memindahkan canting wajan kecil berisi lilin panas ke selembar kain yang telah diberi pola.Lilin panas mereka membentuk bunga-bunga dan hewan yang menjadi motif batik khas Lasem, antara lain burung phoenix, burung merak, serta binatang mitologi Cina, Naga.