KUDUS, KRJOGJA.com - Persoalan banjir yang menggenangi area pertanian di Desa Wonosoco, Berugenjang dan Desa Lambangan Kecamatan Undaan Kudus setiap tahun diharapkan segera teratasi. Salah satu solusi mendesak yang harus dilakukan yaitu menormalisasi Sungai Londo sepanjang sekitar 12 kilometer dari hulu hingga hilir sebelum air masuk ke Sungai Juana.
Anggota Komisi C DPRD Kudus, Edy Kurniawan mengatakan, pihak legislatif telah menganggarkan dana sebesar Rp 2 miliar dari APBD murni 2017 untuk normalisasi awal Sungai Londo sepanjang sekitar dua hingga tiga kilometer. Karena kewenangan terkait masalah itu ada di tangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, maka pihaknya lebih dulu harus izin instansi terkait untuk kepentingan tersebut.
"Kami telah menemui Kepala BBWS Pemali Juana di Semarang untuk koordinasi terkait izin normalisasi. Kalau izin keluar, normalisasi Sungai Londo segera dikerjakan," jelasnya kepada KRJOGJA.com, Selasa (25/07/2017).
Normalisasi Sungai Londo sangat urgen untuk menyelamatkan sekitar 250 hektare sawah di tiga desa, yakni Desa Wonosoco (200 hektare), Desa Berugenjang (20 hektare) dan Desa Lambangan (30 hektare). Sawah di ketiga desa tersebut, setiap musim tanam pertama dan kedua (MT I dan MT II) selalu tergenang.Genangan air tak mampu keluar karena area sawah berada di cekungan sehingga air tak dapat mengalir masuk Sungai Londo.
Akibat genangan berlangsung berhari- hari, maka tanaman padi akhirnya membusuk. Kepala Desa Wonosoco Setiyo Budi menyatakan, normalisasi Sungai Londo mutlak harus dilakukan untuk menyelamatkan sawah dari genangan setiap tahunnya.
"MT I lalu, petani mengalami tiga kali gagal tanam. Sedang pada MT II empat kali gagal tanam. Satu di antaranya gagal tanam palawija," terangnya.
Gangguan tanam akibat genangan di desanya mulai terasa sejak awal tahun 2000-an. Namun kondisi terparah baru terjadi beberapa tahun terakhir. Di Desa Wonosoco terdapat 370 hektare area pertanian tanaman padi, lebih 50 persennya menjadi langganan genangan.
"Setiap musim tanam, banyak petani frustasi karena mengalami beberapa kali gagal tanam. Modal mereka terkuras," ungkapnya. (Trq)