Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan penguatan dalam hal pelayanan dan pendampingan. Serta melakukan kampanye perubahan perilaku melalui kelas gizi rutin di puskesmas dan melakukan edukasi di kelas “Cantik” atau Cegah Anak Stunting.
“Jadi kita butuh bantuan dari stakeloder lainnya, seperti perusahaan tempat bekerja, kader kesehatan, rumah sakit, perguruan tinggi, media massa, dan masyarakat lainnya, karena kita tidak bisa berjalan sendiri. Kita harus sengkuyung untuk menuntaskan kasus stunting di Kudus,” tegasnya.
Dokter Andini juga menyampaikan bahwa saat ini sudah ada sebanyak 18 Kedai Balita “Si Cantik” yang beroperasi di Kabupaten Kudus, guna membantu mengentaskan kasus stunting di sembilan wilayah kecamatan.
Aktivitas yang dilakukan di Kedai Balita “Si Cantik” mencakup edukasi bagi ibu balita, penyuluhan kesehatan, demonstrasi memasak menu sehat, dan pemeriksaan kesehatan balita secara berkala.
“Fokus program ini adalah memberdayakan keluarga melalui pelatihan pembuatan menu bergizi yang kaya protein, sesuai kebutuhan anak-anak, agar bisa membantu pertumbuhan mereka secara optimal,” terang Andini.
Dengan pendekatan Pentahelix, Pemkab Kudus berharap dapat mempercepat penyelesaian masalah sosial seperti stunting, meningkatkan ketahanan bencana, serta mempercepat kemajuan Kudus dalam mencapai target-target pembangunan yang lebih optimal