Durasi aktivitas fisik mingguan anak meningkat dari 1-2 jam menjadi 3-4 jam, dan kemampuan motorik yang sebelumnya rata-rata sangat rendah kini naik ke kategori sedang.
Guru dan orang tua juga melaporkan peningkatan fokus belajar, rasa percaya diri, serta kemampuan anak bekerja sama dalam kelompok.
Di sela kegiatan, Bunda PAUD Kudus Endhah Endhayani Samani Intakoris menegaskan bahwa peran keluarga sangat penting.
“Stimulasi fisik motorik adalah wujud cinta dan perhatian kita pada anak-anak. Orang tua harus menjadi garda terdepan agar anak tumbuh unggul, tangguh, dan membawa kebiasaan baik hingga dewasa,” ungkapnya.
Pandangan serupa datang dari salah satu orang tua peserta, Andreas Tri Budi, yang menyampaikan pengalaman pribadi.
“Anak saya kini jauh lebih aktif, keseimbangannya meningkat, dan ia lebih leluasa bermain bersama teman-temannya.”
Dukungan juga disampaikan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kudus, Shony Wardana, yang menilai gerakan ini sejalan dengan kebutuhan perkembangan anak.
“Selain pemenuhan gizi, anak perlu diperkenalkan aktivitas fisik dan motorik sejak dini.”
“Kami sangat menyambut baik program ini dan berharap dapat diterapkan di lebih banyak PAUD,” katanya.
Bakti Pendidikan Djarum Foundation menegaskan bahwa program ini bukan hanya intervensi jangka pendek, melainkan sebuah gerakan berkelanjutan.
Tujuannya untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan pembelajaran anak-anak di Kudus melalui budaya gerak aktif. –(Trq)-